Ombak, keras kepala.Â
Menghantam keberdayaan,Â
sampai memisah kataÂ
dan dua kepala.Â
Kerinduan, memaksa aku.
Menyelami temaram
lampu-lampu waktu,
kapal yang karam.Â
Satu jalan berlawan
tanpa titik sama.
Setelah-Nya,
kita memilih pasti.Â
Puisi Menarik Lainnya:Â Tiang untuk Mencatat Malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!