Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolak Perilaku Homoseksual di Bumi NKRI

2 Februari 2016   15:58 Diperbarui: 2 Februari 2016   16:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pelaku dan pendukung homoseksual memang cocok jika dikategorikan sebagai kelompok pembangkang, atau kata lain ngelunjak. Mereka menentang fitrah manusia sebagai makhluk heteroseksual dan menantang norma sosial masyarakat Indonesia yang jelas-jelas melarang perilaku homoseksual. Bahkan dalam normal sosial masyarakat Indonesia pada umumnya, hubungan heteroseksual yang tidak terjalin dalam ikatan pernikahan yang sah pun masih dianggap tabu, apalagi ikatan homoseksual.

Apakah dengan norma masyarakat yang seperti itu, mau dianggap kolot atau munafik? Para kaum homoseksual harus memahami fakta historis, sosiologis, dan kultur bangsa ini. Leluhur bangsa ini berabad-abad berjuang dari satu medan perang ke medan perang lainnya, menghadapi penjajah yang datang silih berganti. Setelah sekian lama berjuang dalam penderitaan, bangsa ini pun merdeka dan bersatu dalam naungan NKRI. Sebagai sebuah negara baru, para leluhur bangsa ini membentuk dasar negara Pancasila dan konstitusi UUD 1945.

Negara ini membutuhkan landasan dan konstitusi agar kehidupan bernegara dan bermasyarakat berjalan aman dan teratur. Pancasila dengan jelas di silanya yang pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Oleh sebab itu, setiap warga negara wajib bertuhan dan beragama. Sehingga maaf-maaf saja, Indonesia bukan tempat bagi orang-orang atheis dan tidak beragama. Oleh karenanya, berdasar landasan apa kaum homoseksual legal berada di negeri ini? Padahal tidak ada agama yang melegalkan homoseksual.

Dalam kitab suci agama-agama samawi pun Tuhan mencela pelaku homoseksual. Jika Anda mengatakan Tuhan itu gaib, khayalan, tidak nyata, tentu Anda akan balik ditanya, dimana letaknya kecenderungan, hasrat, orientasi; dibedah pun dokter tidak akan menemukannya, toh itupun gaib, khayalan, tidak nyata, hanya akal-akalan Anda saja.

Kaum homoseksual dan pendukungnya itu seperti anak kecil yang kerjaannya hanya merengek dan menuntut ini-itu. Jika tidak dituruti, mereka akan terus merengek, menangis dan meronta-ronta. Mereka itu kumpulan orang-orang egois, angkuh, dan congkak. Padahal, apa sumbangsih dan peran mereka terhadap bangsa, sehingga merasa berhak untuk diterima eksistensinya. Apakah kaum mereka turut berdarah-darah ketika bangsa ini dijajah Belanda? Ataukah kaum mereka ikut bercucuran keringatnya ketika bangsa ini diperbudak Jepang?

Apakah kaum mereka ikut bertempur ketika bangsa ini diinvasi Sekutu? Entah apa peran kaum homoseksual saat bangsa ini memperjuangkan kebebasan dari penjajahan, sehingga saat ini mereka merasa berhak untuk menuntut kemerdekaan seksual! Mereka ini bahkan tidak peduli dengan norma sosial, budaya, agama, dan konstitusi, justru sebaliknya, mereka yang menuntut masyarakat, negara, bahkan Tuhan untuk peduli pada mereka!

Tidak ada masyarakat yang bisa menerima semua nilai-nilai yang ada di dunia ini. Yang ada, masyarakat bisa menerima satu atau sebagian nilai-nilai, dan menolak nilai-nilai yang lain. Masyarakat Amerika yang liberal pun, nyatanya masih mempermasalahkan orang yang mengacungkan jari tengah. Hal sepele, namun jika tidak sesuai dengan norma sosial masyarakat setempat, pasti akan ditolak.

Jadi kalau masyarakat Indonesia saat ini masih menolak keberadaan perilaku homoseksual, maka itu sangatlah wajar, karena budaya, agama, dan konstitusi yang dianut masyarakat Indonesia masih menolak hal itu. Meskipun, bisa saja tiga puluh tahun ke depan masyarakat bisa menerima kehadiran perilaku homoseksual. Namun, kita pun perlu mengamati bagaimana kondisi negara-negara yang melegalkan pernikahan homoseksual, apakah peradaban mereka semakin maju, atau justru kian hancur.

Bahkan dalam banyak artikel, kaum homo dan pendukungnya senang sekali menghina masyarakat yang menolak mereka dengan penilaian masyarakat kolot, sempit, bodoh, terbelakang. Itulah pikiran mereka yang sukanya asal tunjuk, tuduh, dan tuding. Orang yang tidak sependapat atau seide dengan mereka, dianggap ndeso dan kuno. Padahal perilaku homoseksual yang mereka perjuangkan adalah perilaku manusia purba.

Jujur saja, justru mereka itu yang berpikiran dangkal, miskin wawasan, dan perlu banyak belajar. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sudah begitu maju. Jika IPTEK bisa mengubah kelamin mereka, tentu IPTEK pun mampu mempertahankan jati diri mereka. IPTEK telah memberikan banyak solusi bagi kehidupan manusia. Apapun masalahnya, kita akan menemukan solusinya dengan IPTEK. Tinggal kita berusaha keras untuk menemukan jawabannya.

IPTEK telah mengantar manusia menginjak bulan, namun sayangnya, pelaku dan pendukung homoseksual masih dipusingkan pada identitas, kecenderungan, dan orientasi diri. Padahal jika mereka menerima pada pilihan yang sudah diberikan Tuhan, tentu pikiran dan energi mereka bisa digunakan untuk menciptakan alat yang mengantar mereka ke Mars! Bukankah disana mereka bisa berbuat sesuka hati?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun