Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jangan Takut Naik Gunung

21 September 2015   22:29 Diperbarui: 22 September 2015   17:08 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Naik gunung adalah rekreasi yang melelahkan tapi menyenangkan. Namanya juga hidup, apa sih yang ndak melelahkan. Lha wong bangun tidur saja lelah, apalagi naik gunung.

Saya pertama kali naik gunung sewaktu SMA. Waktu itu gunung yang saya daki bernama Gunung Betung. Letaknya di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Tidak begitu tinggi memang, hanya 1500-an meter. Meski begitu, namanya pendakian pertama, apalagi dilakukan di malam hari, rasanya tetap saja ngeri-ngeri sedap. Pikiran berubah paranoid. Jadi wajar jika dihantui ketakutan, entah juga kalau dihantui hantu beneran. Selalu terbayang pocong, kuntilanak, atau gendoruwo. Inilah efek sejak kecil sudah nonton film horor Sundel Bolong. Kaki jadi gemetaran, badang merinding, bulu kuduk berdiri. Padahal ini mendaki secara rombongan, tetap saja ketakutan. 

Apakah setelah pendakian pertama itu saya menjadi kapok? Ternyata tidak. Saya malah makin ketagihan. Bahkan sudah beberapa kali saya mendaki Gunung Lawu dan Gunung Sindoro seorang diri. Dasarnya saya memang introvert, tetap bahagia walau mendaki sendirian dan kesepian. Meski seorang introvert, saya masih punya lho segelintir teman (bangga). Eh, kok kebetulan teman-teman saya tidak suka mendaki gunung. Ada teman yang pernah saya ajak mendaki. Tapi dasar apes, pertama kali dia mendaki bersama saya, kok kebetulan pas ketemu badai di gunung. Jadilah dia bersumpah ndak akan naik gunung lagi. Tapi bagi saya, karena mendaki sudah seakan candu,  berani nekat naik gunung sendirian. Kadang pernah juga sudah sampai di-basecamp, tepat didepan pintu pendakian, tiba-tiba mental turun, akhirnya pendakian pun diurungkan.

Bahagianya mendaki itu sewaktu bisa mencapai puncak. Itulah sebabnya saya kalau mendaki, selalu pasang mantra "pantang turun sebelum puncak". Bisa mencapai puncak gunung merupakan sebuah keajaiban. Lelah selama pendakian tiba-tiba saja luruh seketika. Rasanya disitu lega, bangga, bahagia. Makanya wajar, para pendaki biasanya akan berselfie ria ketika berada di puncak. Yang laki-laki akan merasa dengan berada di puncak gunung adalah bukti keperkasaannya. Yang wanita merasa berada di puncak gunung sebagai bukti dirinya tak layak diinjak-injak lelaki manapun.

Berhubung libur panjang bertepatan dengan lebaran kurban dan akhir pekan, rasa-rasanya tidak salah jika mendaki gunung menjadi alternatif rekreasi keluarga. Tidak perlu takut mencoba asalkan mengajak teman pendaki yang sudah berpengalaman. Perhatikan pula perbekalan dan peralatan. Kalau takut nyawa melayang di gunung, perlu diingat, toh kematian di jalan raya yang ramai jauh lebih besar daripada angka kematian di jalur pendakian yang sepi.

 

Sekian dulu ngomel-ngomelnya. Salam.

 

*) Keterangan Foto: Pemandangan dari pos 2 Gunung Betung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun