Perahu merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat bangsa Indonesia karena dua per tiga wilayah Indonesia terdiri dari laut. Terkhusus lagi wilayah Propinsi Lampung, bagian Timur, Barat, dan Selatannya dikelilingi oleh lautan. Selain sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan laut, Lampung juga memiliki beberapa sungai. Jadi perahu merupakan salah satu alat transportasi bagi masyarakat Lampung.
Lalu, apa kaitan antara perahu, naga, kain tapis, dan dimensi sosiologis masyarakat Lampung?
Naga sendiri merupakan makhluk imajiner yang menjadi ciri khas dari kebudayaan Tionghoa. Makhluk ini memberi banyak inspirasi dalam kebudayaan Tionghoa, seperti tarian, arsitektur bangunan, maupun desain kapal.
Masyarakat Lampung telah mengenal tekstil sejak berabad-abad silam. Produk tekstilnya yang sangat dikenal oleh masyarakat luas adalah kain tapis. Kain tapis ini adalah kain sarung yang dihias dengan aneka motif dari sulaman benang emas. Motif tapis banyak terinspirasi dari flora dan fauna, seperti rebung, ketupat, bunga, dan gajah. Namun tidak hanya dari alam sekitar, motif tapis juga muncul dari pengaruh adanya akulturasi budaya dari bangsa lain, seperti kita temui pada motif kaligrafi Arab yang merupakan pengaruh dari akulturasi budaya Lampung dengan ajaran Islam yang dibawa dan disebarkan oleh orang-orang Arab. Selain Arab, motif tapis juga dipengaruhi oleh kebudayaan Tionghoa. Hal ini dapat kita temui dari kain tapis motif kapal naga.
Kapal naga merupakan bagian dari kebudayaan Tionghoa. Adanya tapis Lampung dengan motif kapal naga menunjukkan bahwa masyarakat Lampung telah cukup lama berbaur dan berinteraksi dengan kebudayaan Tionghoa. Menurut catatan sejarah Cina Kuno, interaksi kebudayaan Tionghoa dengan masyarakat Lampung telah ada sejak abad ke-4 Masehi. Ketika itu seorang peziarah asal Cina menuliskan telah melakukan perjalanan ke sebuah kerajaan yang bernama To Lang Po Hwang (Tulang Bawang) yang letaknya di daerah Carqse (Pulau Emas Sumatera). Catatan sejarah tersebut menunjukkan bahwa interaksi dua kebudayaan antara Tionghoa dan Lampung telah terjalin selama ratusan tahun.
Motif kapal naga dalam tapis Lampung menunjukkan pula bahwa masyarakat Lampung terbuka terhadap kehadiran masyarakat dengan budaya yang berbeda. Mereka tidak eksklusif, menerima keberagaman, dan mampu membaur dengan masyarakat lokal maupun internasional. Keterbukaan terhadap kebudayaan lain menjadikan budaya Lampung menjadi kaya dan maju. Keanekaragaman itu tergambar dari motif tapis Lampung yang sangat variatif dengan tetap mempertahankan metode pembuatan sulam tangan yang membutuhkan ketekunan dan ketelitian tinggi sehingga menjadikan orisinalitas dan kualitas kain tapis tetap terjaga.
Oleh sebab itu, tapis motif kapal naga menjadi gambaran bahwa perbedaan bukanlah hal tabu dalam masyarakat Indonesia, terkhusus Lampung. Keterbukaan dan penerimaan masyarakat Lampung terhadap masyarakat dengan budaya berbeda sudah terjalin sejak berabad silam, sehingga perbedaan yang sering muncul akhir-akhir ini memang sudah seharusnya tidak perlu terlalu diributkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H