Mohon tunggu...
Andi Rahmanto
Andi Rahmanto Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara

Hanya seorang anak manusia yang ingin hidup bahagia dengan caranya sendiri. email: andirahmanto2807@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kesan Pertama Pada Gunung Lawu Begitu Menggoda

22 September 2015   15:39 Diperbarui: 22 September 2015   16:52 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di antara gunung yang sering saya daki adalah Gunung Lawu. Setidaknya sudah sepuluh kali gunung ini saya daki. Lokasinya tergolong mudah dicapai dengan angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Selain itu, tiap akhir pekan cukup banyak pendaki yang berkunjung ke Gunung Lawu. 

Saya pertama kali ke Gunung Lawu sekitar November 2008. Saya mendaki dengan seorang teman. Kebetulan kami kuliah di perguruan tinggi yang sama di Jogja. Bermodal nekat saja. Kami berdua sebelumnya tidak pernah mendaki Gunung Lawu. Kami juga tidak begitu tahu kondisi jalur pendakiannya seperti apa. Namun kami mempersiapkan dengan sebaik-baiknya bekal makanan dan peralatan untuk pendakian. Peralatan pendakian yang tidak kami miliki seperti tenda, kami sewa dari tempat penyewaan peralatan gunung.

Lama tempuh perjalanan dari Jogja menuju basecamp Gunung Lawu memakan waktu sekitar 4 jam. Dari Jogja kami menggunakan motor menuju Solo. Kemudian dari Solo kami meneruskan perjalanan ke Karang Anyar, lalu ke Tawang Mangu. Kami memulai pendakian dari pos Cemoro Sewu yang berada di Kabupaten Magetan.

Motor kami parkir di rumah warga yang memang menyediakan jasa parkir. Sebelum berangkat, tidak lupa sedikit pemanasan agar badan tidak kaku selama pendakian. Ketika kami akan memulai pendakian, cuaca di basecamp terlihat cerah. Tidak mendung maupun berkabut. Berdasar informasi yang kami peroleh di basecamp, sepanjang jalur pendakian Gunung Lawu terdapat lima pos. 

Pendakian kami tempuh dengan berjalan pelan dan sesekali beristirahat sekedar mengatur nafas dan minum untuk melepas dahaga. Perjalanan dari basecamp hingga pos tiga dilalui dengan lancar. Namun ditengah pendakian menuju pos empat, tiba-tiba kaki teman saya mengalami kram. Pendakian sedikit terhambat. Teman saya tetap ingin melanjutkan perjalanan walaupun dengan kaki diseret dan tertatih-tatih. Kami berhasil melampaui pos empat dan bergegas menuju pos lima. Saat kami hampir sampai di pos lima, tidak disangka angin kencang tiba-tiba saja datang.

Pendakian sudah terlalu tinggi, tidak mungkin kami turun untuk menghindari terjangan angin kencang. Akhirnya kami putuskan untuk segera menuju pos lima. Ternyata pos lima adalah tanah lapang, sehingga kami bergegas untuk mendirikan tenda. Tidaklah mudah mendirikan tenda ditengah tiupan angin kencang dan terpaan hawa yang dingin. Badan kami sesekali terdorong angin, dan dinginnya hawa ketinggian merasuk hingga terasa ke tulang belulang. Tenda pun tidak dapat berdiri kokoh karena tiupan angin disertai hujan yang memang sangat kencang. Kami masukkan batu-batu besar agar dapat menahan tenda. Beruntung kerangka tenda cukup kuat menahan terjangan angin. Hanya saja kain tenda yang sedikit sobek karena berkali-kali bergesekan dengan batu. Tenda juga sedikit basah karena guyuran hujan yang deras. Jadilah kami mendekam di dalam tenda sambil berdoa dan berzikir semoga nyawa kami tak melayang di atas gunung. Kondisi fisik yang teramat lelah memaksa kami hanya mampu pasrah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 12 malam. Masih 6 jam lagi menunggu pagi.

Pagi datang, matahari mulai terbit, hujan tak lagi turun, namun angin kencang belum juga reda. Teman saya ketakutan untuk melanjutkan pendakian. Saya pun nekat berangkat sendirian. Jalurnya juga cuma satu. Saya yakin jalur itu akan membawa saya menuju puncak Gunung Lawu. Dan benar saja, setelah 300 meter saya berjalan, saya menemukan pos lima, pos terakhir. Dari pos lima, sudah terlihat puncak Gunung Lawu. 

Jalur pendakian menuju puncak memang cukup terjal. Dengan kemiringan mencapai 60 derajat, tentu pendakian akan semakin menguras tenaga. Meskipun dilalui dengan langkah yang pelan dan nafas yang ngos-ngosan, namun akhirnya kaki berhasil menapaki puncak. Perasaan lega dan puas bisa mencapai puncak, meski angin kencang sempat membuat ciut nyali. Beruntungnya cuaca pagi itu cukup cerah, sehingga saya dapat menikmati keindahan alam sekitar Gunung Lawu. Begitu nikmatnya bisa melihat keindahan langit dan dataran hijau dari puncak gunung. 

Setelah puas menikmati pemandangan dari puncak, saya pun segera turun menuju pos empat untuk menemui teman saya yang tertinggal di sana. Dia tampaknya hanya tidur-tiduran saja di tenda, ketakutan karena angin yang tidak juga berhenti sejak semalam. Kemudian kami berkemas agar perjalanan menuju Jogja tidak kemalaman. Bahagia, sedih, lelah berkecamuk menjadi satu ketika kami akan melangkah turun gunung. Tetap ada satu harapan bahwa itu bukanlah pendakian terakhir ke Gunung Lawu.

Dan syukur, terus bersyukur, karena memang setelah pendakian pertama yang sangat berkesan itu, saya masih bisa datang kembali dan mencapai puncak Gunung Lawu. Kecintaan terhadap Gunung Lawu terus berlanjut, dan saya sudah mendakinya berkali-kali, bahkan mendakinya seorang diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun