Mohon tunggu...
Andi Rahmadani
Andi Rahmadani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Voltaire dan Perkembangan Filsafat Renaisans

4 Desember 2018   03:33 Diperbarui: 4 Desember 2018   03:45 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 Selain itu, ada banyak tokoh filsuf Renaisans lain yang berhasil meletakkan fondasi utama dalam berpikir dan menjadi pedoman bagi para pemikir-pemikir selanjutnya. Beberapa diantaranya adalah Montesqiue, Jean Jacques Rouessau, John Locke, Benjamin Franklin, Rene Descartes, dan yang akan dibahas pada pembahasan kali ini adalah Franois-Marie d'Arouet atau yang lebih dikenal dengan nama penanya Voltaire.

Voltaire itu nama pena. Nama yang diberikan bapaknya dalah Francois Marie d'Arouet. Siapa pun panggilannya, yang jelas dia adalah tokoh terkemuka pembaharu Perancis. Ia adalahsSejarawan, sastrawan, rasionalis, politikus, libertarian, dan yang paling utama dia adalah seorang Filosof. 

Voltaire lahir tahun 1694 di Paris. Di masa mudanya, Voltaire belajar di perguruan Jesuit Louis Le Grand di Paris. Selaku remaja di Paris, dia dikenal cerdas, pandai humor tingkat tinggi dan tersembur dari mulutnya kalimat-kalimat satire. 

Padahal, di jaman ancient regime alias pemerintahan lama Perancis yang saat itu masih berbentuk monarki, tingkah laku macam itu bisa mengundang bahaya, dan betul saja! Karena ucapannya yang mengandung politik, dia "diamankan" di penjara Bastille. Hampir setahun penuh dia meringkuk di situ. Tetapi Voltaire tidak sebodoh pemerintah yang menjebloskannya. Dia bukannya bengong seperti orang bego, tetapi disibukannya dirinya dengan menulis sajak-sajak kepahlawanan Henriade yang kemudian dapat penghormatan tertinggi. 

Bahkan, tak lama setelah dirinya menghirup udara bebas, drama Oedipe-nya diprodusir di Paris dan mendapatkan sukses besar. Dalam sisa enam puluh tahun hidupnya, Voltaire betul-betul jadi jagonya kesusasteraan Perancis.

Voltaire pun sangat disanjung oleh kaum borjouis Perancis pada era itu, Voltaire sudah menempatkan dirinya selaku orang yang cerdas dan brilian dalam adu pendapat, bukan saja menurut ukuran jamannya, tetapi mungkin untuk ukuran sepanjang jaman. 

Tetapi, dia kurang supel dan rendah hati yang oleh kalangan aristocrat Perancis dianggap suatu persyaratan yang mesti dipunyai oleh seorang kebanyakan seperti dia. Hal ini menyebabkan pertentangan antara Voltaire dengan kaum aristocrat khususnya Chevalier de Rohan yang dikalahkan oleh kecerdasan Voltaire dalam adu kata. S

elang beberapa lama, ia pun menyewa tukang pukul dan mempermak Voltaire sebelum menjejbloskannya lagi ke dalam penjara Bastille. Voltaire dibebaskan dari situ dengan syarat bahwa ia mesti meninggalkan Perancis. Karena itu dia berkeputusan menyebrang ke Inggris dan tinggal di sana selama dua setengah tahun.

Dari sinilah rupanya merupakan titik balik dalam kehidupan Voltaire. Ia belajar bahasa Inggris untuk selanjutnya mengapresiasi berbagai mahakrya yang dicipatakn oleh cendekiawan Inggris seperti John Locke, Francis Bacon, bahkan William Shakespeare. Voltaire amat terkesan dengan Shakespeare dan ilmu pengetahuan Inggris serta empirisme, percobaan secara praktek dan bukannya berpegang pada teori melulu. Tetapi, dari semuanya itu yang paling mengesankannya adalah sistem politik Inggris. 

Pemikiran demokrasi inilah yang selanjutnya menuntun Voltaire menjadi teretikus negara yang mengantarkannya menjadi faktor penentu terciptanya Revolusi Perancis yang timbul di Bastille tahun 1789. Karyanya Letters on English yang terbit tahun 1734 merupakan tanda sesungguhnya dari era pembaharuan Perancis. Voltaire pun hidup secara semi-nomaden karena menghindari kekuasaan monarki Perancis yang tidak menyukai pemikiran liberal ala Voltaire. Ia pun menetap di suatu perkebunan di Ferney, perbatasan Perancis-Swiss selama sisa hidupnya hingga tahun 1778.

1. Voltaire sangat mencintai dunia kepenulisan, karena memang dengan menulislah membuat pemikiran Voltaire selalu tajam karena terasah tiap hari. Ia tidak memperdulikan dimana ia harus menulis, bahkan saat hidup di pelarian pun ia tetap setia dengan menulis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun