Mohon tunggu...
Andips Bapake Aisyah
Andips Bapake Aisyah Mohon Tunggu... -

Seorang suami dan seorang Ayah/\r\nPekerja Sosial/\r\nRelawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Geliat Kerelawanan di Dungus Biuk

31 Mei 2011   13:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:01 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kampung Dungus Biuk, begitu kampung ini dipanggil. Kampung ini terletak di desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Kampung ini terletak di perbatasan antara Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Bogor.

Seperti yang terjadi umum di Indonesia, daerah perbatasan seringkali menjadi dilema. Mungkin karena letaknya jauh dari pusat pemerintahan, kondisi masyarakat di daerah perbatasan sering terabaikan fasilitas umum dan sosialnya. Begitu juga yang terjadi di Kampung Dungus Biuk. Hanya ada satu SD negeri di desa Babakan tersebut. Untuk SMP, ada SMP Modis (Model Islam) yang paling dekat, di mana SMP tersebut dikelola swadaya oleh masyarakat dan sama sekali tidak memungut bayaran apapun termasuk penyediaan buku dan seragam. Untuk sekolah di SMP yang disediakan Pemerintah, selain jaraknya cukup jauh, rata-rata orang tua yang bekerja sebagai buruh tani (petani yang tidak punya tanah sendiri), tidak sanggup untuk membayar meskipun sudah ada BOS. Uang mereka jauh dari cukup untuk membeli seragam, sepatu, alat tulis dan sekolah, buku pelajaran, dan lain-lain.

Karena kondisi seperti ini, anak-anak di Dungus Biuk sangat terkendala untuk menambah wawasan keilmuannya. Namun kehadiran H. Syamsudin dan teman-temannya membawa angin segar bagi pendidikan agama di Dungus Biuk. H. Syamsudin dibantu beberapa pemuda di Dungus Biuk aktif melakukan aktivitas pengajian untuk anak-anak. Anak-anak diajarkan membaca Al Quran menggunakan sistem Iqro.H. Syamsudin dan teman-teman tidak memungut bayaran dari orang tua santri yang belajar ngaji. "Ya kita cari bantuan dari pihak lain saja," kata H. Syamsudin ketika tim ACT mengadakan survey di daerah tersebut.

Kini, wawasan anak-anak Kampung Dungus Biuk dapat berkembang. Dengan hadirnya RBA (Rumah Baca Anak), anak-anak mendapatkan kegiatan tambahan selain mengaji dan belajar baca Al Quran. RBA ini dibangun oleh ACT dengan mitra Permata Bank dan langsung dioperatori oleh relawan yang tergabung dalam MRI. Saat ini ada 7 relawan lokal dari Dungus Biuk yang menggawangi kegiatan RBA. "Kalau bukan kita (pemuda Dungus Biuk), siapa lagi yang akan membantu anak-anak?" kata Ujang, salah satu relawan jejaring MRI di Dungus Biuk.

Geliat kerelawanan di Kampung Dungus Biuk mulai tumbuh seiring dengan berjalannya kegiatan RBA di sana. Tujuh orang relawan ini berniat untuk membina pemuda di Kampung Dungus Biuk untuk menjadi relawan pendukung RBA. Bukan tidak mungkin, kejayaan Kampung Dungus Biuk dimulai dari aktivitas kerelawanan ini. Apalagi jika dibantu relawan dari seantero Indonesia. Kemajuan Dungus Biuk hanya menunggu waktu saja. (andips-arya)

Tulisan ini juga dapat dibaca di sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun