Di malam, di kota yang becek oleh luka.
Di lorong di antara dinding gedung-gedung yang membatu.
Di bawah kerlip - kerlap lampu malam seribu warna.
Di wangi aroma minuman, ketiak, dan gincu para wanita.
Di sesak asap rokok dan dentang yang bertalu-talu.
Bingar malam membujukmu pada letupan-letupan dosa.
Hampir pagi kau pulang.
Terdengar serak nafas dan derit kunci membuka pintu.
Tubuhmu lunglai dan kau bawa spatumu ke tempat tidur.
Di sudut kamarmu ia yang setia menunggumu sedang berdoa untukmu.
Di hening pagi itu, ia tiupkan doa kecil-kecil diantara jemari lembutnya yang meratap-ratap.
Diinginnya engkau menjadi imamnya di subuh depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H