E-commerce diprediksi akan meningkat dan mengalami banyak perubahan karena faktor teknologi dan sosial. Mengutip dari channel youtube Future Business Tech , terdapat beberapa trend dibidang e-commerce yang diperkirakan akan eksis di tahun 2030, antara lain:
- Augmented reality (AR), melalui AR konsumen dapat dengan mudah memilih suatu produk dan secara singkat dapat menempatkan produk tersebut secara virtual melalui smartphone. Hal ini akan mempermudah konsumen dalam menilai suatu produk dan memutuskan pilihannya.
- AI Assistant, produk seperti Alexa, Google Home dan Apple Homepod akan mengembangkan fungsionalitasnya. AI Assistant dapat mempermudah dalam mengoptimalkan pengambilan keputusan, mengoptimalkan pemasaran digital dengan menargetkan audience yang tepat dan menyesuaikan strategi pemasaran secara dinamis berdasarkan data.
- Crypto akan menjadi pilihan pembayaran yang umum, khususnya pada generasi Z dan milenial. Perdagangan digital akan mengikuti kemauan pasar dan menyediakan sebanyak mungkin pilihan pembayaran yang memungkinkan dan digemari oleh konsumen.
- Autonomous delivery drone. Metode pengantaran otomatis dalam e-commerce ini diprediksi mampu untuk mengantarkan produk dalam waktu singkat, memotong biaya pengiriman, pengurangan resiko kecelakaan, pengurangan error dari manusia, pengurangan emisi Co2 dan pemenuhan kepuasan konsumen.
- Virtual reality (VR) akan memainkan peran yang esensial sebagai inisiatif marketing, karena dengan virtual reality konsumen dapat melihat suatu produk dari berbagai sudut yang berbeda sehingga memudahkan konsumen dalam mengambil keputusan terhadap produk yang akan dibeli.
- In-app purchase dalam platform sosial media akan menjadi biasa. Perkembangan sosial media yang terus meningkat dan waktu akses yang dihabiskan oleh pengguna di sosial media akan semakin dimanfaatkan untuk penjualan produk tanpa harus meninggalkan platform.
- Pasar negara berkembang akan memainkan peranan yang besar. Proses adaptasi Internet dan ekonomi digital di negara berkembang kian signifikan, dan tentunya akan membawa jumlah konsumen yang sangat besar.
- Voice commerce, semakin tingginya proses adaptasi teknologi, diprediksi kedepannya layanan e-commerce yang menyediakan pencarian berbasiskan suara akan semakin diminati karena pengguna dapat dengan mudah melakukan pencarian tanpa harus mengetikkan suatu produk pada kolom pencarian.
- Lebih banyak deskripsi produk dalam format video. Kecenderungan masyarakat untuk lebih menyukai tayangan video daripada teks menjadi sebuah peluang bagi pemasaran produk, karena konsumen dapat melihat visualisasi terhadap suatu produk dengan lebih jelas.
Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia
Mengutip laporan dari Google, Temasek, dan Bain & Company (2023), Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan diprediksi naik lebih tinggi dibandingkan rata-rata regional dan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital, dan diprediksi pendorong utama dari kebangkitan ekonomi Indonesia adalah dari sektor e-commerce. Selain itu melalui tulisan Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia oleh Kominfo yang mengutip laporan Mckinsey & Company (2018) dinyatakan terdapat beberapa faktor lain yang mendorong perkembangan ekonomi digital di Indonesia antara lain sebagai berikut:
- Indonesia diperkirakan memiliki pasar perdagangan online sebesar 5 miliar untuk perdagangan online formal, dan lebih dari 3 miliar untuk perdagangan online informal.
- Indonesia diprediksi memiliki 30 juta pembeli online pada tahun 2017 dengan total populasi sekitar 260 juta.
- Pada tahun 2025, ekonomi digital di Indonesia diperkirakan akan menciptakan 3,7 juta pekerjaan tambahan.
- Menghasilkan pertumbuhan pendapatan hingga 80% lebih tinggi untuk usaha kecil dan menengah.
- Memberikan tambahan 2% per tahun dalam pertumbuhan PDB dengan meningkatkan tingkat penetrasi broadband dan penggunaan teknologi digital oleh UKM.
Tentu perkembangan ekonomi digital di Indonesia merupakan sebuah peluang yang positif. Kominfo menyatakan setidaknya ada empat sektor industri yang berpotensi berkembang seiring dengan perkembangan ekonomi digital yang dikategorikan sebagai berikut :
- Pertama adalah sektor finansial. Kondisi yang paling terlihat adalah munculnya beragam aplikasi digital sebagai alat pembayaran, dan diiringi bertumbuhnya aplikasi yang berkaitan dengan pembiayaan hingga topik terkait financial technology (fintech) menjadi salah satu topik yang kerap dibahas.
- Kedua merupakan sektor kebudayaan, pariwisata dan ekonomi kreatif. Melalui platform e-commerce, banyak produk-produk hasil budaya dan kreativitas masyarakat diperjual-belikan. Produk lain adalah pemanfaatan digital platform yang digunakan untuk mempromosikan produk pariwisata. Tentu masyarakat saat ini sudah tidak asing dengan Traveloka, dan Tiket.com yang saat ini telah menjelma menjadi raksasa industri digital.
- Ketiga pada sektor pertanian, sektor ini sangat berpotensi mengadopsi teknologi robotik dan Internet of Things (IoT) karena kemudahan dan kepraktisan dalam mengelola lahan. Bentuk otomatisasi dapat menjadi peluang dalam penjadwalan panen, penyiraman tanaman yang efektif dan berbagai bentuk otomatisasi yang dapat dilakukan. Adaptasi pertanian dengan teknologi tidak hanya berpengaruh pada produsen, namun juga pada konsumen karena dapat mendekatkan rantai proses transaksi serta menguatkan produktivitas pertanian dalam arti luas yakni pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.
- Keempat adalah sektor agrlogistik. Sektor agrologistik di era ekonomi digital menjadi penting karena dapat memotong rantai pasok serta rantai nilai dalam sektor pertanian. Teknologi yang dipredisksi dapat digunakan untuk mengembangkans sektor agrologistik adalah seperti automobile atau drone, GPS tracking dan unmanned technology.
Masa Depan Digital Ekonomi Indonesia
Perkembangan teknologi saat ini seolah seperti "Deus ex Machina", seolah-olah tiba-tiba menjadi seperti saat ini, karena begitu derasnya disruptive technology yang seolah mengancam pola usaha lama. Era ini ditandai dengan hadirnya Internet of Things, Big Data, Artificial Intelligence, Human Machine Interface, Robotics, Sensor Technology, dan 3D Printing Technology. Dalam era ini ukuran perusahaan dan banyaknya jumlah SDM bukanlah menjadi jaminan, namun kelincahan perusahaan menjadi kunci keberhasilan. Kita dapat melihat benang merah dari perusahaan terbesar AS pada tahun 2017 (Apple) yang memiliki kapitalisasi pasar empat puluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan perusahaan AS terbesar pada tahun 1962 (AT&T), namun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan hanya seperlimanya saja (Quareshi & Woo. 2022),
Indonesia, dengan populasi lebih dari 275 juta jiwa pada tahun 2022 dan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat berdasarkan data dari Google, Temasek, dan Bain & Company (2023) mengantarkan Indonesia sebagai negara dengan Ekonomi Digital terbesar di Asia tenggara bahkan hingga 2030.
Apabila fenomena ini disandingkan dengan kesiapan digital berdasarkan data dari UNDP Digital Readiness Index, Indonesia khususnya pada pilar people, government dan digital public infrastructure masih berada pada 5 besar di Asia tenggara, Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa penilaian terhadap regulasi masih lemah dan masih terdapat kesenjangan terutama dalam hal konektivitas. Secara singkat Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah khususnya dalam mengikis kesenjangan digital. Tentu ini menjadi perhatian serius, karena perkembangan digital memiliki ancaman stagnasi ekonomi yang nyata karena pesatnya perkembangan teknologi, maka negara yang unggul secara fasilitas akan melaju dan pesat dan menghasilkan keuntungan ekonomi jangka panjang., dan yang lambat tentu akan mengalami resiko tertinggal.
Peran Pemerintah
Pertanyaan tentang peran pemerintah utamanya dalam memecahkan masalah regulasi dan kesenjangan digital menjadi semakin umum. Penekanan pada literasi digital bagi masyarakat semakin penting. Pemerintah perlu secara aktif mendorong generasi muda, baik di sektor swasta maupun publik, untuk menjadi agen perubahan yang tidak hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar didukung dan diberikan ruang untuk mengubah proses birokrasi. Era saat ini menuntut pergerakan yang dinamis, oleh karena itu, model konvensional seperti rapat, sosialisasi, atau bimbingan teknis di hotel untuk membahas masalah strategis atau regulasi seharusnya dapat dilakukan secara virtual. Pemerintah juga perlu merevolusi metode pendidikan dengan mengadopsi teknologi digital dalam proses belajar mengajar, salah satunya melalui metode video konferensi. Metode ini sangat inovatif karena memungkinkan tenaga pengajar dan peserta didik dari berbagai belahan dunia bertemu tanpa harus hadir secara fisik, sehingga dapat lebih memperkaya pengetahuan dalam bidang teknologi informasi yang terkini.
Referensi
Garcia-Macia, D., & Goyal, R. (2021). DECOUPLING. Finance & Development.
Google, Temasek, dan Bain & Company. (2023). E-Conomy SEA 2023 : Menembus Batas Menuju Pertumbuhan yang Menguntungkan.
Kalkandha, T. (2023, 10 Oktober). How Digital Transformation Propelled Netflix to Eminence. Diakses pada 27 Mei 2024, dari https://www.appventurez.com/blog/digital-transformation-netflix
Kementerian Komunikasi dan Informatika (2019). Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia : Strategi dan Sektor Potensial. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Aplikasi Informatika dan Informasi dan Komunikasi Publik Badan Penelitian dan Pengembangan SDM.
McCarthy, D. R. (Ed.). (2017). Technology and World Politics. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781317353836
Saepudin, E. A., Hartoko, G. ., & Amelia Putri, R. . (2024). Analisys of government policy based on permenag number 31 of 2023 to close tiktok shop in an effort to save conventional traders in Indonesia. Journal of Law Science, 6(1), 153-158. https://doi.org/10.35335/jls.v6i1.4549
Sprague, J., & Sathi, S. (2020). Transnational Amazon: Labor Exploitation and the Rise of E-Commerce in South Asia. In J. Alimahomed-Wilson & E. Reese (Eds.), The Cost of Free Shipping: Amazon in the Global Economy (pp. 50--66). Pluto Press. https://doi.org/10.2307/j.ctv16zjhcj.10
Stahl, B. C. (2021). Artificial Intelligence for a Better Future. In SpringerBriefs in Research and Innovation Governance. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-030-69978-9
Qureshi, Z., & Woo, C. (Eds.). (2022). Shifting Paradigms: Growth, Finance, Jobs, and Inequality in the Digital Economy. Brookings Institution Press. http://www.jstor.org/stable/10.7864/j.ctv13xpqtd
UNDP Digital Readiness Index (2023). Digital Development Compass. Diakses pada 27 Mei 2024, dari https://www.digitaldevelopmentcompass.org/data