Deni malam itu ingin pergi ke rumah sakit, anaknya baru saja melahirkan. Sore itu dia yang sedang berada di luar kota, ditelepon oleh ayahnya untuk segera ke rumah sakit. Deni dengan bis yang dibeli tiketnya secara dadakan, langsung pulang.
Di rumah, sudah ada beberapa kerabatnya, dia mengambil motornya dan jam satu malam itu juga ia pergi ke rumah sakit. Sialnya, perjalanan menuju rumah sakit harus ia lewati dengan banyak jalanan sepi. Banyak gedung terbengkalai dan banyak rumah kosong karena lingkungan itu sudah dibeli PLN.
Deni memacu motornya dengan perasaan tak tentu. Ada perasaan senang karena anaknya akan lahir, namun juga perasaan khawatir akan keadaan anak dan istrinya. Dia berdoa tak henti untuk keselamatan anak dan istrinya. Sekarang mungkin tengah melahirkan setelah menunggu proses kontraksi.
Jalanan sepi itu menemani perjalanan Deni, pepohonan dengan dedaunan yang bergerak pelan, angin yang berhembus pelan dan bangunan serta rumah kosong dengan banyak cat tak beraturan. Tiba-tiba ia mendengar suara lonceng, pelan namun terasa nyaring. Mungkin sumber suara itu agak jauh dari Deni.
Tiba-tiba suara lonceng nyaring terdengar tepat ditelinganya, Deni terkejut dan kehilangan keseimbangan, roda depan motornya menambrak batu besar dan dia pun jatuh tersungkur. Beberapa luka langsung Deni dapatkan. Deni meringis kesakitan karena perih.
Suara lonceng itu terdengar lagi, sumbernya datang dari gedung kosong di dekatnya. Begitu Dani menengok, di atas gedung itu ada dua ekor kambing putih. Deni mengucek matanya berusaha memperjelas apa yang ia lihat. Tidak, bukan kambing, kambing itu membesar, terus membesar hingga memperlihatkan wujud aselinya.
Kini dua pocong raksasa setinggi gedung tiga lantai tengah menatap wajahnya, mata mereka bersinar merah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H