Kita sering mendengar cerita tentang kehebatan Kerajaan Majapahit yang berhasil menyatukan Nusantara. Gajah Mada, dengan sumpah palapanya, berambisi untuk menaklukkan berbagai kerajaan dan memasukkannya ke dalam genggaman Majapahit. Namun, tahukah kamu bahwa ada satu kerajaan yang menolak tunduk kepada Majapahit? Kerajaan itu adalah Kerajaan Sunda.
Kerajaan Sunda: Tetangga yang Enggan Tunduk
Keberanian Kerajaan Sunda untuk menolak tunduk pada Majapahit menjadi salah satu kisah menarik dalam sejarah Nusantara. Padahal, secara geografis, Kerajaan Sunda berdekatan dengan Majapahit, sehingga banyak yang mengira bahwa mereka akan lebih mudah untuk ditaklukkan. Namun kenyataannya, justru sebaliknya.
Ambisi Gajah Mada dan Penolakan Kerajaan Sunda
Pada masa itu, Gajah Mada, yang menjabat sebagai patih Majapahit, meminta izin untuk menaklukkan Kerajaan Sunda sebagai bagian dari upayanya menyatukan Nusantara. Namun, usulan ini mendapat penolakan keras dari keluarga kerajaan Majapahit, terutama keluarga Hayam Wuruk.
Alasannya: Hubungan Kekerabatan
Penolakan ini tidak terjadi tanpa alasan. Kerajaan Sunda memiliki hubungan kekerabatan dengan raja pertama Majapahit, Dyah Wijaya. Dyah Wijaya masih memiliki darah Sunda, sehingga keluarga kerajaan Majapahit menganggap Kerajaan Sunda sebagai kerabat jauh. Mereka merasa tidak pantas untuk menaklukkan keluarga sendiri.
Tragedi Perang Bubat
Meski demikian, hubungan kedua kerajaan ini tidak selalu berjalan mulus. Salah satu peristiwa paling terkenal adalah Perang Bubat, yang terjadi ketika rombongan Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk mengadakan pernikahan antara putri Sunda, Dyah Pitaloka, dan Hayam Wuruk. Namun, niat baik ini berubah menjadi tragedi ketika Gajah Mada memaksa agar putri Sunda dijadikan persembahan politik, bukan sebagai istri sah Hayam Wuruk. Pertempuran yang terjadi di lapangan Bubat mengakibatkan kematian banyak anggota rombongan Sunda, termasuk Dyah Pitaloka.
Akibat dari Tragedi Bubat