Sejak zaman dahulu, manusia serigala atau werewolf telah menjadi bagian dari mitos dan cerita rakyat yang tersebar luas di Eropa. Istilah "werewolf" berasal dari Jerman lama, Werwolf, yang berasal dari bahasa Yunani, "licos" yang berarti serigala, dan "anthropos" yang berarti manusia, digabung menjadi "likantropi" atau manusia serigala. Cerita-cerita tentang manusia serigala ini memiliki akar yang sangat dalam, bahkan sebelum munculnya cerita-cerita di Eropa.
Salah satu catatan tertua tentang manusia serigala dapat ditemukan dalam syair tua Mesopotamia yang menceritakan tentang Dewi Ichtar yang bisa mengubah para pengikutnya menjadi serigala. Catatan lain tentang manusia serigala juga berasal dari Yunani kuno, di mana cerita mitologi menggambarkan Zeus mengutuk seorang raja menjadi serigala karena membunuh anaknya untuk dipersembahkan kepada Zeus.
Seiring berjalannya waktu, cerita-cerita rakyat tentang manusia serigala semakin berkembang dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Di Armenia, ada cerita tentang perempuan serigala yang makan anaknya sendiri, sementara di Rusia, ada cerita tentang suku yang bisa berubah menjadi serigala. Cerita-cerita ini mencerminkan kepercayaan bahwa manusia serigala adalah simbol kekuatan yang kuat dan perilaku mereka mirip dengan manusia, terutama dalam hal kehidupan berkelompok dan kebiasaan kanibalisme.
Pada abad ke-15, cerita tentang manusia serigala mulai menghebohkan Eropa, bahkan sampai pada tingkat pengadilan dan eksekusi terhadap orang-orang yang dituduh sebagai manusia serigala. Kasus-kasus seperti Pierre Burgot dan Michel Verdun di Prancis pada tahun 1521, yang mengaku menggunakan salep untuk berubah menjadi manusia serigala dan membunuh anak-anak, menjadi salah satu contoh terkenal dari periode ini.
Namun, salah satu kasus yang paling terkenal dalam sejarah manusia serigala adalah kasus Peter Stumpp, seorang pembunuh berantai dari Jerman yang aktif pada tahun 1589. Peter Stumpp, yang juga dikenal sebagai "The Werewolf of Bedburg," diyakini menggunakan ilmu hitam dan dikutuk menjadi manusia serigala oleh iblis. Dia mengaku telah membunuh 14 anak dan 2 wanita hamil untuk dimakan, serta melakukan hubungan incest dengan anaknya sendiri. Kasus ini memicu kepanikan di Eropa dan memicu perburuan manusia serigala secara massal.
Perburuan manusia serigala ini berlangsung hingga abad ke-18, ketika akhirnya kepercayaan akan manusia serigala mulai meredup. Fenomena manusia serigala kemudian dianggap sebagai penyakit mental yang disebut likantropi, di mana penderitanya percaya bahwa mereka adalah manusia serigala. Pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit dan ilmu pengetahuan modern telah membantu menghapus kepercayaan yang salah tentang manusia serigala.
Meskipun demikian, mitos tentang manusia serigala terus hidup dan menjadi inspirasi untuk berbagai cerita horor dan fantasi modern. Cerita tentang manusia serigala menjadi bukti bagaimana kepercayaan dan mitos kuno dapat bertahan dan terus berubah seiring dengan waktu, menciptakan legenda yang tetap menarik perhatian banyak orang hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H