Dalam era peningkatan kesadaran akan isu lingkungan dan upaya menuju energi bersih, mobil listrik telah menjadi bagian integral dari upaya go green. Namun, di balik tren positif ini, terdapat dampak buruk yang serius, terutama dalam pengambilan bahan baku seperti kobalt, yang memainkan peran kunci dalam produksi baterai.
Dampak Pertambangan Kobalt di Republik Demokratik Kongo
Republik Demokratik Kongo (RDK) memainkan peran sentral dalam pasokan kobalt dunia, menyumbang sekitar 70% dari total produksi global. Meskipun potensi ekonominya sangat besar, masyarakat sekitar tambang-tambang kobalt menghadapi tantangan serius.
1. Tambang Artisanal atau UMKM
Sebagian besar produksi kobalt di RDK berasal dari tambang-tambang kecil atau yang dikenal sebagai UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Tambang ini sering kali tidak diatur dan menyebabkan berbagai masalah, mulai dari kondisi kerja yang berbahaya hingga dampak negatif pada kesehatan masyarakat lokal.
2. Ancaman Kesehatan dan Lingkungan
Proses pertambangan kobalt berkontribusi pada pencemaran udara dan air, memengaruhi kesehatan masyarakat sekitar. Para penambang, termasuk anak-anak, terpapar logam berat dan substansi beracun. Sungai-sungai yang tercemar memengaruhi kualitas air dan kehidupan laut di sekitarnya.
Keterkaitan dengan Industri Kendaraan Listrik
Meskipun mobil listrik dianggap sebagai solusi ramah lingkungan, proses produksinya memiliki dampak tersembunyi yang sering kali terabaikan. Baterai mobil listrik, yang menjadi inti dari teknologi ini, memerlukan kobalt dalam jumlah besar. Hal ini membuka diskusi tentang apakah langkah-langkah menuju go green sebenarnya membawa manfaat netto terhadap lingkungan.
1. Krisis Iklim dan Pilihan Energi Bersih