Seorang pria bernama Adrian terbangun dengan nafas yang tercekat. Matanya membuka perlahan, dan di sekelilingnya, hanya ada gelap yang menyelimutinya. Ia meraba-raba dan merasakan tekstur tanah yang dingin di bawahnya.
"Di mana aku?" gumam Adrian, mencoba memahami situasi. Sebuah suara mendesing menghantam telinganya, dan ia segera menyadari bahwa ia berada di tengah pemakaman. Kuburan-kuburan yang menjulang di sekelilingnya menambah ketegangan di udara.
Langkah-langkah ragu membawanya mendekati gerbang pemakaman. Sebuah siluet hitam tiba-tiba muncul di balik pohon, menyebabkan detak jantungnya berdegup lebih kencang. Setelah mendekat, sosok itu terungkap sebagai seorang wanita berpakaian putih yang tampak memudar.
"Dikau terbangun," bisik wanita itu dengan suara serak.
Adrian terkejut dan menjawab, "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berada di sini. Apa yang terjadi?"
Wanita itu tersenyum, namun senyumnya terasa mengerikan di tengah kegelapan malam. "Kau telah terpilih, Adrian. Terpilih untuk menyaksikan sesuatu yang luar biasa."
Dengan tatapan kosong, wanita itu memimpin Adrian melalui jalur-jalur gelap di antara kuburan. Cahaya bulan menyinari makam-makam yang tampaknya terhampar tanpa akhir. Suasana mencekam semakin intens, dan aroma khas pemakaman tercium di udara.
Mereka berhenti di depan sebuah makam yang ditandai dengan batu nisan usang. Wanita itu menunjuk ke arah makam dan berkata, "Inilah makammu, Adrian. Makam yang menunggu kedatanganmu."
Adrian merasa kebingungan dan ketakutan. "Apa yang kau bicarakan? Aku masih hidup!"
Wanita itu tertawa dengan nada yang menggema di tengah keheningan malam. "Tentu saja, kau masih hidup. Namun, kau telah terbangun di antara dunia hidup dan dunia mati. Kau melihat makam ini, bukan? Itu adalah tempat terakhirmu."