Di ruang kelas yang kaku, duduklah anak-anak,Â
Ilmu diajarkan dengan rutin, namun tanpa makna.
Gurauan kritis, dipagari tembok diam,Â
Pendidikan berubah, jadi wadah rutinitas hambar.
Buku tebal bertumpuk, isi tak berarti,Â
Anak-anak belajar, tanpa jiwa yang bergetar.
Ujian mendesak, merangkul kecemasan,Â
Angka di atas kertas, menilai masa depan.
Guru di panggung, berbicara tanpa suara,Â
Tapi di belakang kelas, terdengar bisikan ketidakpastian.
Kreativitas dibelenggu, oleh kurikulum kaku,Â
Inovasi dipatok, tak ada ruang tuk terbang.
Pendidikan, taman berbunga kaku,Â
Hanya bunga tertentu yang boleh mekar.
Anak-anak terkekang, oleh aturan membosankan,Â
Imajinasi dibungkam, oleh norma yang tak terjawab.
Hak pendidikan, milik semua anak,Â
Namun, di mana keadilan bagi yang tak berdaya?
Guru yang gigih, berusaha tuk ubah,Â
Tapi sistem membisu, terkungkung dogma lama.
Ini panggilan berani, untuk revolusi pelajaran,Â
Hapuskan belenggu, berikan ruang bermakna.
Biarkan kelas bukan hanya ruang hampa,Â
Tapi ladang inspirasi, tempat benih-benih merdeka.
Pendidikan bukan sekadar ujian angka,Â
Tapi proses membentuk pemikir yang berani.
Hentikan penilaian sepihak, jadikan ilmu relevan,Â
Agar anak-anak tumbuh sebagai penerang masa depan.
Layangkan teriakan, bebas dari jeruji pendidikan,Â
Hari ini kita bersatu, tuk ubah takdir masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H