Calon Presiden seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto telah menerima undangan untuk menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan oleh Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, tanggal 30 Oktober 2023. Momen pertemuan ini sejatinya dimaksudkan untuk menjaga kelancaran tahun politik dan mendorong terwujudnya demokrasi yang sehat.
Ngomong-ngomong soal meja makan? Tahu ga si, ada yang disebut diplomasi meja makan? Diplomasi ini sering kali berhasil lho, seperti apa sejarahnya?Â
Diplomasi adalah seni bernegosiasi dan menjalin hubungan diplomatik antara negara-negara yang sangat penting dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia. Salah satu aspek penting dari diplomasi yang sering kali kurang diperhatikan adalah diplomasi meja makan. Artikel ini akan menjelaskan sejarah diplomasi meja makan dan bagaimana bentuk diplomasi ini telah menjadi kunci keberhasilan diplomasi internasional.
Diplomasi Meja Makan: Asal Usul dan Evolusi
Diplomasi meja makan memiliki akar yang dalam dalam sejarah manusia. Dalam sejarah kuno, pertemuan dan jamuan makan bersama telah digunakan sebagai sarana untuk mencapai kesepakatan dan meredakan ketegangan antara bangsa-bangsa. Sejarah mencatat perjamuan makan Plataea pada tahun 479 SM, yang memainkan peran penting dalam menggalang persatuan Yunani melawan invasi Persia.
Selama masa Renaissance di Eropa, diplomasi meja makan menjadi semakin populer. Para bangsawan dan keluarga kerajaan mengadakan pesta makan mewah untuk memperkuat hubungan diplomatik, menegosiasi pernikahan, dan mengamankan perjanjian. Salah satu contoh yang menonjol adalah Pesta Makan Campo di Florio pada tahun 1458, yang bertujuan memperkuat hubungan antara Spanyol dan Napoli.
Keberhasilan Diplomasi Meja Makan
Diplomasi meja makan telah memainkan peran penting dalam beberapa keberhasilan diplomasi internasional yang signifikan. Pertemuan santai di sekitar meja makan menciptakan lingkungan yang lebih akrab dan kurang formal, yang seringkali memungkinkan para diplomat untuk membangun hubungan personal yang kuat.
Contoh keberhasilan diplomasi meja makan termasuk Pertemuan Makan Siang Yalta pada tahun 1945, di mana pemimpin Sekutu, yaitu Winston Churchill, Franklin D. Roosevelt, dan Josef Stalin, membahas pembagian Jerman setelah Perang Dunia II. Meskipun pertemuan ini memiliki perbedaan pendapat yang signifikan, interaksi santai di meja makan membantu meredakan ketegangan dan memungkinkan mereka untuk mencapai kesepakatan.
Kesimpulan