Yang menjadi pertanyaan besar adalah mengapa kesalahan entry data tersebut kebanyakan dari Pasangan calon (paslon) nomor urut 2. Apa benar aplikasi dapat membaca dengan baik perolehan suara dari Paslon 1 dan 3 namun gagal membaca perolehan suara Paslon 2? Kemudian kenapa kesalahannya membuat perhitungan suara menjadi lebih banyak? Kritis sekali ya?
Jika masalahnya hanya dari kesalahan sistem yang gagal membaca data, itu masih bisa dimaklumkan oleh masyarakat. Namun apabila terdapat kesalahan sistem yang disengaja untuk memenangkan salah satu paslon, itu merupakan kecurangan yang menciderai kepercayaan rakyat akan pesta demokrasi.
Kembali kepada asas pemilu yang disebut Luber Jurdil (Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil). Diharapkan kepada semua pihak yang terlibat dalam pemilu khususnya KPU bisa menjalankan 6 asas tersebut diatas sehingga menghasilkan pesta demokrasi rakyat yang sesungguhnya.
(Andi Prasetyo Wicaksono, Mahasiswa M.Kom Universitas Budi Luhur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H