Tahun 2014, bagi sebagian besar rakyat Indonesia mungkin adalah tahun politik. Terutama bagi para caleg-capres-cawapres, dan berbagai calon-calon politikus dari partai manapun, dengan sigap dan giat, kian hari kian menampakkan wajah "kepengin alias kebelet alias ngebet jadi politisi", siap menduduki posisi puncak, perebutan kekuasaan, RI 1, DPR 1, DPRD1, dlsb.
Pamflet-pamflet mulai dibuat, bendera partai mulai ditegakkan, media televisi, dan sosial media, serta media apapun dipakai untuk mempublikasikan gambar-gambar partai, serta wajah-wajah para politisi baik yang perdana dan yang sudah maral melintang di dunia perpolitikan di Indonesia, semuanya mulai menunjukkan euforianya.
Bagaimana dengan keseharian dan kepedulian masyarakat Indonesia pada umumnya? Apakah kita juga bergairah, optimis menyambut agenda nasional republik tercinta lima tahunan ini? Ya, Pemilu, apakah kita cukup antusias dengannya?
Jujur, di tengah-tengah carut marutnya tingkah laku, lagak dan polah para politikus yang tertangkah basah, setengah basah, dan bahkan basah kuyup korupsi, ketahuan selingkuh, menyimpan narkoba, hina sana hina sini, hujat sana hujat sini. Publik sejatinya sangat jenuh, letih, bahkan muak dengan perilaku-perilaku yang tidak berintegritas antara kata dan kenyataan, kelakuan dengan kebenaran. Kita acapkali tergoda untuk bersikap pasif, alias golput, alias emang gue pikirin.
Masihkah ada antusiasme untuk berbondong-bondong dimana kita akan memberikan suara kita? Memilih caleg-caleg dan capres cawapres kita untuk lima tahun ke depan?
Di tengah-tengah kegalauan, kesuraman, bukan hanya karena agenda akbar Pemilu yang masih dipertanyakan jumlah DPT yang sesungguhnya, di tengah-tengah bencana alam yang terjadi dimana-mana, bukan hanya di Indonesia, namun juga di berbagai belahan dunia, agaknya, tahun 2014 telah menyimpan sebuah agenda akbar yang lebih mendunia: ya Piala Dunia 2014 di Brasil, dari tanggal 12 Juni - 13 Juli, Â 32 tim dari 32 negara, dari lima benua, akan melangsungkan pertandingan-pertandingan seru, di lapangan rumput yang lebih menyejukkan untuk ditonton, pemain-pemain kaliber dunia akan menebarkan pesona mereka, tanpa perlu umbul-umbul, pamflet-pamflet, tanpa perlu promosi besar-besaran, agaknya nama besar pemain-pemain kelas dunia seperti Lionel Messi, Ronaldo, Neymar, Arjen Robben, Frank Ribery dll, akan menghiasi berbagai media masa di seantero dunia.
Selama kurang lebih satu bulan, para pemain-pemain kelas dunia akan mengkampanyekan bukan hanya atribut negara masing-masing yang mewakili jiwa dan nasionalisme mereka, namun mereka juga akan memperagakan pesta "demokrasi lapangan hijau" yang terbesar sejagat, dengan semboyan fair play, seluruh tim dari 32 negara ini akan berjuang untuk meraih puncak kejayaan supremasi sepak bola: the world champion.
So, akankah euforia Pemilu 2014 lebih besar gaungnya dari Piala Dunia 2014 atau sebaliknya? Mungkin Anda dan saya akan menjadi saksinya. Hanya ada 1 perbedaan buat kita seluruh rakyat Indonesia, kegembiraan kita untuk menyambut dua event ini, akan kembali kepada kita: partisipasi kita di Pemilu 2014 akan menentukan arah hidup kita 5 tahun ke depan, namun kegembiraan dan euforia kita akan Piala Dunia tidak akan membawa dampak apa-apa, hanya adrenalin kita yang akan naik turun menyaksikan tim kesayangan kita beradu aksi, namun selebihnya, kitapun hanya menjadi penonton.
Namun, Pemilu 2014, kita tidak dipanggil hanya sebagai penonton, kita perlu mempersiapkan "tiket" kita, kartu pemilih kita, kita perlu memastikan "jersey" warna apa, atau "tim" partai apa yang akan kita perjuangkan untuk menang? Tentu dengan semangat fair play ala Piala Dunia, entah siapa capres favorit kita: Jokowi-kah, Prabowo-kah, Anis Baswedan-kah ataupun Rhoma Irama, marilah kita sambut event lima tahunan ini, dengan harapan, pemimpin-pemimpin yang terpilih nantinya akan memperjuangkan martabat Republik Indonesia, supaya kita tidak hanya menjadi penonton kelas ekonomi di pertandingan riil kehidupan bangsa Indonesia di tengah-tengah kiprah dan percaturan negara-negara lainnya, namun kita akan dipimpin untuk menjadi negara yang kuat, kokoh, tangguh, dan berjaya.
Pilihan itu ada di tangan kita, bukan di tangan mereka, so, apakah kita hanya mau jadi penonton di event lima tahunan yang akan mengubah wajah Indonesia, atau kita pilih untuk pasif dan menjadi penonton seperti kita menyaksikan geliat permainan para pemain Piala Dunia kebanggaan kita?
Selamat Menonton, eh... Memilih :)