Mohon tunggu...
Andi Novita Mama Anugrah
Andi Novita Mama Anugrah Mohon Tunggu... Penulis - Undergraduate Petroleum Engineering Student at UPN "Veteran" Yogyakarta

Researcher II Energy and Renewables Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Memanfaatkan Biogas, Kelompok Ternak Pandan Mulyo Berhasil Menggunakan Energi Terbarukan Untuk Mengatasi Tumpukan Limbah Hewan Ternak

5 Oktober 2023   06:45 Diperbarui: 5 Oktober 2023   06:51 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan sesuai untuk diterapkan di daerah pedesaan. Namun di Indonesia, penggunaan biogas masih sangat kurang. Salah satu daerah yang sedang dalam tahap pengembangan penggunaan biogas adalah Dusun Ngentak. Dusun Ngentak merupakan salah satu Dusun yang berada di Kelurahan Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Mata pencaharian dari kebanyakan penduduk Dusun Ngentak adalah petani dan peternak sehingga banyak dihasilkan limbah seperti kotoran ternak. 

Limbah hewan ternak, seperti kotoran dan limbah organik lainnya, jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan. Padahal biogas dari kotoran tersebut dapat digunakan atau dikonversi sebagai sumber energi lain, seperti listrik, penggerak motor, dan lainnya. Disamping itu, bahan sisa dari hasil pengolahan biogas, dinilai kaya akan nutrisi dan dapat digunakan sebagai pupuk organik yang baik untuk pertanian. Namun, penduduk Dusun Ngentak masih belum dapat memanfaatkan kotoran ternak tersebut secara maksimal. 

Adanya program pengabdian masyarakat pemanfaatan limbah hewan ternak menjadi biogas dan pupuk organik bersama dengan Kelompok Ternak Pandan Mulyo di Dusun Ngentak ini bertujuan untuk merubah limbah menjadi sumber energi yang bernilai, sehingga mengurangi dampak negatif limbah pada lingkungan. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, telah berhasil mengimplementasikan alat biogas dengan kapasitas sekitar 15-20 kg. 

Pada Dusun Ngentak, dimensi biogas yang diaplikasikan mencakup diameter sekitar 5 meter dan kedalaman sekitar 3 meter. Langkah selanjutnya yang diambil adalah menjalankan uji kebocoran untuk memastikan bahwa tidak ada bagian dari sistem yang mengalami kebocoran. Penting untuk menghindari kebocoran gas karena dapat berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya. 

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi kebocoran dalam reaktor biogas ini, di antaranya melalui pemeriksaan tekanan, semprotan deteksi kebocoran (leakage spray), penggunaan laser gas, dan pemanfaatan kamera inframerah. Metode pendeteksian kebocoran biogas melalui pemeriksaan tekanan dilakukan dengan mengamati penurunan tekanan gas yang cukup signifikan jika terjadi kebocoran. Pendekatan lain adalah dengan menggunakan semprotan deteksi kebocoran, di mana semprotan ini berubah menjadi bentuk busa saat kebocoran biogas terdeteksi. Metode lainnya melibatkan penggunaan laser gas dan kamera inframerah. Dengan adanya beragam metode ini, diharapkan kebocoran biogas dapat terdeteksi secara efektif dan mencegah dampak buruk pada lingkungan sekitar. 

"Program ini adalah bagian dari upaya pengabdian masyarakat yang secara langsung diawasi oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Tujuannya adalah memberikan dukungan kepada masyarakat dalam mengatasi masalah atau tantangan yang ada dalam lingkungan mereka. Program ini tidak hanya merupakan kerjasama antara perguruan tinggi dan pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi tenaga ahli, mahasiswa, dan warga yang terlibat." ujar Nur Suhascaryo selaku Ketua Peneliti Pengabdian Masyakarat Kelompok Ternak 2022. 

Dapat disimpulkan bahwa hasil dari program ini adalah berhasil menciptakan reaktor biogas dengan kapasitas 15-20 kg limbah hewan, yang sekarang dapat digunakan untuk mengolah kotoran hewan menjadi biogas. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi lapangan, jumlah limbah kotoran hewan ternak yang dihasilkan mencapai 20 kg per hari. Oleh karena itu, ukuran reaktor biogas yang telah dibuat sudah cukup untuk menampung produksi limbah hewan ternak dalam satu hari. Reaktor biogas ini telah diuji dan berfungsi dengan baik, tanpa mengalami kebocoran yang dapat dilihat dari tidak adanya gas yang keluar dari pipa pembuangan atau dari dinding reaktor. 

Pada saat pengujian dengan menggunakan manometer sebagai indikator tekanan gas, telah terlihat peningkatan pada penunjuk tekanan, menandakan bahwa gas mulai terbentuk sebagai tahap awal dalam proses pembentukan biogas dari limbah hewan. Kehadiran suhu yang tinggi umumnya berkontribusi pada hasil produksi biogas yang lebih baik. Selain itu, produk sampingan dari proses biogas ini berupa pupuk organik cair yang dapat dimanfaatkan oleh para petani di wilayah Dusun Ngentak. 

Pelaksanaan pembuatan biogas di Dusun Ngentak memerlukan waktu selama kurang lebih 5 bulan, dengan pembagian 1 bulan untuk tahap penggalian dan sisa periode waktu digunakan untuk merakit serta memasang komponen peralatan. Saat ini, semua komponen peralatan telah berhasil dirangkai dan dipasang dengan baik. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba guna memastikan bahwa sistem ini dapat digunakan untuk keperluan memasak serta menghasilkan pupuk organik cair yang sangat bermanfaat bagi para petani dan warga sekitar di Dusun Ngentak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun