Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang pada pokoknya mengatur mengenai standar proses pembelajaran, khususnya artikel. Program ini ditujukan untuk mata kuliah sarjana dan sarjana terapan. Saat ini, seringkali mahasiswa hanya mengambil mata kuliah yang ditentukan oleh penyelenggara program (PPS), sehingga mengabaikan minat dan bakatnya. Khusus pada program gelar “terapan”, lulusannya harus segera memasuki dunia kerja. Sedangkan dunia kerja terus berevolusi akibat gejolak teknologi yang terkait dengan Industri 4.0.
Lulusan Program Sarjana Terapan diharapkan mampu berperan dalam masyarakat informasi dan super cerdas dalam memanfaatkan teknologi Internet of Things yang menjadi basis Industri 4.0. Namun PPS kurang cepat dalam mengadaptasi kurikulum terhadap perkembangan sehingga menyebabkan perluasan MBKM untuk memberikan ruang bagi siswa untuk meningkatkan keterampilannya lebih cepat. Perguruan tinggi dituntut untuk mempertimbangkan karakteristik Industri 4.0 dan merancang proses pembelajaran yang inovatif & adaptif untuk membantu mahasiswa mencapai pembelajaran optimal yang relevan dengan masa kini dan masa depan.
Implementasi MBKM
Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam mengambil mata kuliah di luar kampusnya dan memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman. Namun apakah implementasi MBKM yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan oleh Kemdikbud. Dengan demikian, sebagai berikut implementasi MBKM yang dilakukan pada tingkat organisasi dan program studi.
Implementasi di tingkat organisasi:
- Koordinasi dan penyusunan kebijakan: Kebijakan terkait penyiapan implementasi program MBKM di lingkungan lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Hal ini mencakup kriteria seleksi mahasiswa, jenis program studi yang tersedia, prosedur pendaftaran, dan penilaian.
- Kontrol Administratif: Lembaga mempunyai sistem administrasi yang tepat untuk mencatat dan memantau aktivitas mahasiswa peserta program MBKM, termasuk proses pendaftaran, pembayaran biaya pendidikan, dan pengakuan kredit harus dipertahankan.
- Evaluasi dan perbaikan program: Lembaga harus mengevaluasi pelaksanaan program MBKM secara berkala untuk menilai efektivitasnya dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
Implementasi pada tingkat program studi (Prodi):
- Penyesuaian kurikulum: Program pembelajaran, baik internal maupun tidak, harus mementingkan kerelevanan dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
- Nasihat Akademik: Penasihat program akademik turut membantu siswa merencanakan dan memilih mata kuliah yang memenuhi kebutuhan akademik dan karir mereka.
- Monitoring dan Evaluasi: Program gelar dapat memantau kemajuan akademik peserta program MBKM dan memberikan umpan balik yang diperlukan untuk membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran.
- Pengakuan Kredit: Program gelar harus memiliki prosedur yang jelas dalam pengakuan kredit yang diperoleh mahasiswa sebagai bagian dari program MBKM. Hal ini akan menentukan kriteria kelayakan untuk kursus yang diselesaikan di luar kampus.
- Kerjasama dengan institusi lain: Untuk menambah peluang dan pengetahuan yang lebih besar agar mahasiswa dapat menambah pilihan mata kuliah melalui program MBKM. Maka, program studi dapat menjalin kerjasama dengan institusi lain secara nasional maupun internasional.
Jika diterapkan secara efektif di tingkat organisasi dan prodi, maka program MBKM memiliki potensi besar untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dan menciptakan lingkungan kampus yang lebih dinamis.
Realita MBKM
Program MBKM tidak dikelola secara efektif karena kurangnya interaksi di tingkat pengambil kebijakan, mulai dari perdana menteri hingga direktur. Koordinasi penyadaran di setiap tingkat pengambil kebijakan kurang optimal, karena program pembelajaran belum sepenuhnya memahami cara mengkonversi, dan beberapa program tidak setuju dengan proses konversi program MBKM. Hanya beberapa orang yang menyatakan bahwa program MBKM efektif dalam mengembangkan kompetensi dan keterampilan, meningkatkan wawasan, memudahkan menjangkau profil lulusan, dan memenuhi kebutuhan masa depan.
Pro dan Kontra MBKM
Masyarakat menyatakan pendapat yang beragam tentang program ini, terutama pendapat dari para pengajar dan mahasiswa. Meskipun ada yang melihat hal ini sebagai peluang kemajuan bagi para mahasiswa, ada pula yang mengkhawatirkan dampak negatifnya, termasuk perubahan mendasar pada pendidikan tinggi dan potensi penyalahgunaan industri untuk mendapatkan tenaga kerja murah. Kebijakan ini dapat mendorong peralihan dari PTN-BLU dan Satker ke PTN-BH juga mendapat perhatian karena dapat meningkatkan biaya pendidikan dan berdampak kurangnya akses bagi masyarakat miskin. Secara umum, para pengajar yang menentang program MBKM berpandangan bahwa program MBKM dan program universitas mandiri hanya berfokus pada mahasiswa dan kurang memperhatikan pengajar yang juga merupakan bagian dari komunitas pendidikan. Selain itu, program ini diyakini belum memiliki kerangka hukum yang kuat karena aturan kebijakan ini berada di tingkat provinsi dan berubah-ubah jika kepemimpinan di provinsi berganti, sehingga kelemahan akan berkelanjutan. Ada juga pendapat mahasiswa yang menentang kebijakan ini. Dengan kata lain, program ini dinilai kurang cocok untuk perguruan tinggi swasta yang jauh dari pusat industri, sebab perguruan tinggi tersebut sulit mendapatkan kesempatan magang di perusahaan besar.
Salah satu kelemahan Kampus Merdeka adalah fokus mahasiswa beralih dari belajar di kelas menjadi menyelesaikan magang agar mendapatkan pekerjaan setalah lulus. Hal ini diyakini akan mengurangi pentingnya proses pembelajaran yang seharusnya utama dalam kehidupan perguruan. Mahasiswa dimungkinkan akan memprioritaskan pengalaman kerja praktis daripada mengembangkan pemahaman teoretis dan akademis yang mendalam. Kekhawatiran lainnya adalah bahwa tekanan untuk menyelesaikan magang sebagai bagian dari kurikulum akan menyebabkan mahasiswa menjadi terlalu sibuk dengan tuntutan pekerjaan di luar kampus, sehingga menghabiskan lebih sedikit waktu untuk belajar atau mengeksplorasi minat akademis mereka. Hal ini dapat menyebabkan buruknya kualitas pendidikan dan kurangnya pemahaman mendalam tentang apa yang diajarkan di kelas. Kemudian, penekanan yang berlebihan pada magang adalah jalan menuju pekerjaan dapat menghalangi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman akademis yang beragam dan mengeksplorasi minat di luar pekerjaan.
Berbeda dengan beberapa mahasiswa yang memberikan komentar mendukung mengenai kebijakan ini. Secara umum mereka menyatakan bahwa program MBKM merupakan program yang membantu mengembangkan keterampilan seluruh peserta program. Program ini membantu peserta untuk beradaptasi dalam dunia kerja lebih cepat dan lebih baik setelah lulus. Program ini turut membantu peserta mengembangkan banyak relasi di dunia kerja, menghubungkan peserta dengan dunia kerja setelah lulus, dan mendapatkan pengalaman baru dengan jaringan perusahaan yang luas akibat mengikuti magang yang terakreditasi. Semua peserta akan mendapatkan manfaat dari lingkungan kerja di kehidupan nyata dan manfaat terjamin akan terus berlanjut setelah lulus.
Kelebihan dan kekurangan suatu program hanyalah sekedar asam manis suatu kebijakan dan jika diambil sisi positifnya, ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan yang telah diterapkan. Salah satunya adalah pendapat berbagai akademisi mengenai kelebihan dan kekurangan kebijakan kampus merdeka, khususnya program magang kampus merdeka (MBKM). Bebagai pendapat ini akan membantu mengembangkan program meningkatkan kualitasnya lebih baik di masa depan.
Perspektif Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Melihat Program MBKM
Program MBKM mempunyai peran strategis dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat secara keseluruhan. Dengan memberikan akses yang luas terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan, MBKM membuka pintu bagi pengembangan kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan di berbagai bidang. Selain itu, program ini mempromosikan keterampilan kepemimpinan dan kewirausahaan, sehingga mempersiapkan individu untuk menjadi agen perubahan sosial yang aktif. MBKM juga mengedepankan semangat belajar berkelanjutan dan mendorong individu untuk terus meningkatkan diri guna menghadapi tantangan globalisasi.
Program ini membantu masyarakat memahami pentingnya kontribusi mereka terhadap pembangunan ekonomi dan sosial serta menciptakan kesadaran tentang pentingnya tanggung jawab kolektif dan kontribusi positif terhadap kemajuan negara, salah satunya berpartisipasi dalam membayar pajak. Program MBKM ini mencakup seluruh komponen dalam pemberdayaan masyarakat yang pertama adalah kekuasaan yakni kebijakan Kemdikbud yang memberi peluang bagi para mahasiswa. Kemudian, kekuatan yakni mengembangkan potensi para mahasiswa untuk menjadi produktif dengan program yang diciptakan. Terakhir, sumber daya manusia yakni para mahasiswa diberikan otonomi untuk mengembangkan kreativitas mereka.
Secara hakikat pemberdayaan masyarakat, program MBKM ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan para mahasiswa (To give ability or enable to) dan pelaksana memberi otonomi kepada para mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan mereka dan juga menandakan proses positif yang berjalan baik (To give power or authority to). Berdasarkan Sembilan Prinsip Dasar Pemberdayaan Masyarakat terlihat adanya partisipasi masyarakat, yakni mahasiswa dalam mengembangkan diri melalui program MBKM. Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam kebijakan program ini seperti kurangnya koordinasi antar perguruan tinggi mengenai konversi SKS dan kebijakan administratif, kurangnya evaluasi dan pengawasan dari pihak kampus maupun perusahaan penerima. Lebih lanjut, program MBKM merupakan program yang berkelanjutan dan bertahap, sehingga memberikan nilai tambah bagi program ini.
Dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam situasi nyata, mahasiswa dapat secara aktif berperan dalam memajukan ekonomi, sosial, dan politik negara. Oleh karena itu, MBKM memiliki efektifitas yang baik dalam meningkatkan partisipasi dan menciptakan masyarakat yang lebih kompeten serta produktif.
Referensi:
Andrian, Dedek., dkk. 2022. Efektivitas Program MBKM dalam Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Pasca Kampus. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 4, No. 6.
Direktorat Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemdikbud. 2021. Panduan Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Mubarok, Elda. 2022. Pro Kontra Magang Kampus Merdeka. Diakses melalui https://www.retorika.id/mild-report_2022-02-07_pro-kontra-magang-kampus-merdeka-.html pada 27 Maret 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H