Mohon tunggu...
Andini Riswati
Andini Riswati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa baru di UPN Veteran Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Netizen Indonesia Menjadi Detektif Informasi di TikTok

9 November 2024   22:56 Diperbarui: 11 November 2024   16:07 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tidak kenal TikTok? Platform TikTok sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari netizen Indonesia. Dengan jutaan video yang diunggah setiap hari di TikTok, yang tidak hanya menyajikan beragam informasi. Namun, di balik keseruan dan kreativitas yang ditampilkan, ada tantangan besar yang dihadapi oleh pengguna TikTok yaitu bagaimana cara menyaring informasi yang benar dan salah di TikTok. Disinilah literasi digital menjadi sangat penting.

Apa itu Literasi Digital?

Literasi Digital adalah kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif di dunia digital. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (2023), literasi digital mencakup pemahaman tentang cara menggunakan teknologi dengan aman dan bertanggung jawab. Di TikTok, pengguna sering kali terpengaruh pada berbagai jenis konten dari berita hingga tutorial-tutorial misalnya tutorial memasak yang bisa jadi menarik, tetapi tidak selalu akurat.

Hoaks dan Misinformasi merupakan drama yang terjadi sehari-hari di TikTok. Salah satu hal konyol yang terjadi di TikTok adalalah maraknya hoaks dan informasi palsu. Misalnya seperti video hoaks tentang Dewi Perssik yang bilang kalau Depe ditangkap polisi gara-gara narkoba, padahal itu jelas gak benar sama sekali, sampai Dewi Perssik memberikan klarifikasi kalau dia tidak menggunakan narkoba. 

Penelitian oleh Amaly & Armiah (2021) menunjukkan 30-60% masyarakat Indonesia pernah terpapar hoaks saat menggunakan media sosial. Ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital untuk membantu kita mengenali informasi yang tidak benar.

Netizen Indonesia sering kali menjadi "Detektif" konyol ketika mencoba membongkar hoaks. Banyak dari mereka membuat video parodi untuk menanggapi informasi yang salah dengan cara lucu. 

Misalnya, waktu itu ada berita di TikTok tribuntimurdotcom tentang seorang wanita yang mengaku mengalami syndrome TikTok, lalu banyak netizen yang membuat parodi dengan meniru wanita tersebut yang mengalami syndrome TikTok dan bereaksi berlebihan entah itu dengan ekspresi konyol atau koentar sarkastik.

Fitur Keamanan di TikTok

https://vt.tiktok.com/ZSjSErmwY/
https://vt.tiktok.com/ZSjSErmwY/

TikTok telah mengambil langkah-langkah untuk membantu pengguna mengenali dan menghindari hoaks. Platform ini kini memiliki berbagai fitur keamanan dan sumber daya yang tersedia di dalam aplikasi. Misalnya, TikTok melabeli konten buatan AI dan memberikan peringatan pada video yang belum terverifikasi (Antara News. 2024). Dengan fitur-fitur ini, netizen bisa lebih waspada terhadap informasi yang mereka konsumsi.

Tentu saja, meskipun ada fitur keamanan, netizen tetap harus kritis. Banyak pengguna TikTok yang membuat video "reaction" terhadap berita atau informasi viral dengan gaya humoris. Mereka sering kali menyoroti betapa absurdnya beberapa klaim yang beredar di platform tersebut. 

Etika  Berinteraksi

Literasi digital juga mencakup pemahaman tentang etika berinteraksi di dunia maya. Dalam berkomunikasi di TikTok, penting untuk menghormati pendapat orang lain dan berinteraksi dengan sopan. Menyebarkan kebencian atau informasi palsu tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga menciptakan lingkungan online yang negatif. Edukasi tentang etika digital agar masyarakat bisa berkontribusi pada ruang digital yang lebih positif (Hana Silvana, 2023). 

Namun, kita juga tidak bisa mengabaikan sisi lucu dari interaksi ini. Banyak netizen Indonesia yang membuat konten reaksi konyol terhadap komentar jahat di kolom komentar. Mereka sering kali membahas dengan meme atau video lucu untuk menunjukkan bahwa mereka tidak terpengaruh oleh komentar negatif tersebut.

Keamanan Data Pribadi

Di era di mana data pribadi sering kali menjadi target penipuan, literasi digital juga mengajarkan kita tentang pentingnya melindungi privasi. Pengguna yang melek digital akan lebih sadar akan risiko terkait penggunaan media sosial, seperti penipuan online atau pencurian identitas. Dengan pengetahuan ini, mereka dapat mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menjaga keamanan data pribadi mereka.

jadi literasi digital adalah keterampilan penting di era informasi saat ini. Dengan meningkatnya jumlah informasi yang tersedia melalui TikTok, kemampuan untuk membaca dan memahami informasi secara kritis menjadi sangat diperlukan. Literasi digital membantu kita menghindari hoaks, memahami fitur keamanan media sosial, berinteraksi secara etis, dan melindungi data pribadi. 

Jadi, mari kita tingkatkan literasi digital kita agar bisa menjadi pengguna TikTok yang bijak dan bertanggung jawab! Dengan begitu, kita tidak hanya melindungi diri sendiri tetapi juga berkontribusi pada masyarakat yang lebih cerdas dalam menghadapi tantangan informasi di dunia maya dan tentu saja, tetap bisa menikmati semua drama konyol dan lucu dari netizen Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun