Hai, di artikel ini saya akan menceritakan pengalaman kuliah saya di sastra Arab UI, lebih tepatnya mengenai lingkungan dan pertemanannya.Â
Awalnya saya juga ragu untuk kuliah di Sastra Arab, terlebih saya bukan lulusan pesantren, madrasah atau sekolah Islam lainnya. Saya hanya lulusan sekolah negeri saja tanpa basic bahasa Arab sama sekali. Memang sih, tujuan awal saya masuk kuliah tuh bukan jurusan ini, tapi jurusan di fakultas sebelah dan kampus sebelah. Terus kenapa bisa masuk Sastra Arab UI? atau jangan-jangan statement "yang penting gue masuk UI dengan jurusan apapun! Titik" benar adanya?
Sayangnya alasan saya bukan seperti itu, ada alasan lain mengapa saya tertarik dengan Sastra Arab. Salah satu alasannya karena ketika belajar SBMPTN, saya suka dengan materi sejarah, menarik. Dan ketika melihat sebaran mata kuliah di Sastra Arab ada materi sejarahnya, sepertinya menarik dan seru, apalagi berhubungan dengan kebudayaan dan pemikiran Timur Tengah dan Islam. Ya sudah akhirnya saya pilih Sastra Arab.Â
Seperti mahasiswa baru pada umumnya ketika masuk kuliah pasti mengalami culture shock atau masa transisi dari masa SMA ke masa perkuliahan. Memang awalnya berat sekali menjalani perkuliahan, apalagi buat belajar bahasa Arabnya. Mana gak ada basic bahasa Arab sama sekali lagi. Seminggu kuliah rasanya saya ingin menyerah saja, hopeless, pingin pindah jurusan, atau ada CCTV saya ingin melambaikan tangan saja, tanda menyerah. Ternyata, bukan saya saja yang mengalami seperti ini, teman-teman sejurusan dan seangkatanku juga sama. Alhamdulilah ada teman. Jadi, jangan khawatir yang kuliah di Sastra Arab juga banyak yang berasal dari sekolah negeri dan belum ada basic bahasa Arab sama sekali.Â
Pertemanan di Sastra Arab UI menurut saya sehat, kompetitif, peduli, ya walaupun bercircle, tapi tetap peduli dan mendukung satu sama lain. Kating dan dosen-dosennya pun baik dan peduli dengan mahasiswanya. Dosen pun selalu menyelipkan motivasi atau nasihat untuk mahasiswa-mahasiswanya, mereka sepertinya tahu kalau mahasiswanya banyak yang hopeless masuk Sastra Arab, hehe. Kami pun sering belajar dan diskusi bersama untuk membahas materi yang sudah dipelajari untuk memahami lebih lanjut. Terlebih belajar bahasa Arab. Selain kami belajar bahasa Arab di perkuliahan, di antara kami pun sering mengikuti kelas bahasa Arab di luar perkuliahan. Memang benar menjadi mahasiswa itu harus inisiatif dan harus ada kemauan untuk belajar terus menerus.
Lalu, setelah lulus kuliah mau jadi apa?Â
Pertanyaan tersebut hingga saya menjadi mahasiswa tingkat akhir pun saya masih bertanya-tanya. Ternyata benar, mahasiswa sastra selalu bingung kalau ditanya nanti lulus mau jadi apa. Hehe.Â
Menurut saya pribadi selagi kita mempunyai hobi, keinginan, dan inisiatif pasti ada jalan setelah lulus kuliah mau jadi apa. Dengan berbekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan pasti ada jalan. Jika apa yang kita mau selinier dengan jurusan Sastra Arab banyak ternyata, kita bisa menjadi guru, penulis, reporter negara Arab, bekerja di startup negara Arab, bekerja di kementerian dalam maupun luar negeri, bekerja di perusahaan negeri atau luar negeri. Apalagi negara Arab bukan hanya Arab Saudi saja, ada 22 negara Arab yang terdaftar di Liga Arab, jadi kita bisa memilih untuk bekerja di negara Arab yang mana. Untuk yang tidak seliniernya juga banyak, kita bisa bekerja di perusahaan negeri, swasta, ataupun startup, penulis, reporter, pengusaha, dan sebagainya.Â
Intinya kita juga harus berusaha dan terus banyak-banyak belajar. Selain belajar di kelas perkuliahan, kita juga harus mengikuti kelas ataupun organisasi di luar perkuliahan. Sekarang juga banyak course yang menyediakan pelatihan-pelatihan skill, baik yang gratis maupun berbayar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H