Mohon tunggu...
Andini Harsono
Andini Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler - Blogger - Freelancer

Mengurai dunia dengan rasa, pikir dan syukur... Salam sastra Salam budaya Salam berkarya FB : Andini Harsono Twitter : @andiniharsono Instagram : @andini_harsono

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Dia Yang Kusebut Rindu

19 Desember 2023   21:47 Diperbarui: 19 Desember 2023   21:59 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada bulan sabit aku bercerita tentang ingatan lama yang kembali merajai pikiranku belakangan ini. Beberapa orang datang dan pergi silih berganti. Gak semua meninggalkan luka, sebagian meninggalkan kenangan manis. Tapi gak semua luka benar-benar luka. Dibalik pedihnya luka itu, ada banyak makna dan pelajaran yang aku dapatkan untuk bekal menjalani hidup. Mungkin kalau gak ketemu sama mereka, aku gak bakal sebijak ini. Hehe bagiku bijaklah, entah bagi orang di sekelilingku.

Namun yang paling mengiris hati adalah mereka yang memberiku rasa penyesalan. Ego, kesombongan, nafsu, keinginan melambung tinggi, pura-pura gak butuh, ragu sama perasaan sendiri, dan semua perasaan kesombongan lainnya yang mengusai saat itu sehingga aku melewatkannya begitu saja. Seseorang yang mungkin benar mencintaiku, menginginkanku, mengharapkanku, ingin hidup bersamaku, dan aku melewatkannya. Ingatanku tertuju pada seseorang yang entah kebetulan atau memang tanda dari alam semalam aku memimpikannya. "Tumben" batinku. Alhasil daya kekepoanku meningkat tajam. Aku cari akunnya dan ketemu. "OMG" sudah begitu aja gumamku ketika pertama aku menemukan fotonya untuk pertama kali.

Setelah "OMG", bengong, gak nyangka tapi kagum. Lama-kelamaan ada rasa bangga bahwa dia sudah menjadi pria sejati, family-man, dia wujudkan mimpi-mimpinya menjadi panutan bagi keluarganya. "Yeah that's my man." teriakku seketika. "Eh gak juga sih. Dia pahlawan istrinya, anak-anaknya, keluarganya. Alhamdulillah." aku lanjut bergumam seorang diri.

"Bulan kau tengok nih, seneng banget aku liatnya, meskipun yaahh. Tapi kira-kira ada duplikatnya gak? Hehe." obrolanku kepada bulan sabit.

Dari kisah dengannya, aku dapat pelajaran berharga bahwa cinta itu dirasa bukan diliat. Cinta itu tentang bagaimana kamu bisa merasakan apa yang dia rasakan. Cinta itu tanpa pamrih. Cinta itu yang harus diperjuangkan. Nah, masalah jodoh atau gak yaa itu lain cerita, yang penting sudah berjuang dulu untuk dia yang kita cinta. Pelajaran lainnya bahwa ketika kita mencintai seseorang kita bukan berubah untuk dia cuma agar dia menerima cinta kita, tapi kita menjadi diri kita sendiri untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup kita.

Pada bulan sabit aku titipkan ingatan tentang dia yang aku kagumi dan juga hormati. Beruntungnya aku mengenal dia. Terima kasih telah memberikanku pelajaran hidup yang begitu dahsyat. Sedahsyat rinduku ketika bertukar cerita denganmu.

Yang pasti, aku tenang melepasmu bersama dia yang mencintaimu lebih baik dariku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun