Mohon tunggu...
Andini Harsono
Andini Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler - Blogger - Freelancer

Mengurai dunia dengan rasa, pikir dan syukur... Salam sastra Salam budaya Salam berkarya FB : Andini Harsono Twitter : @andiniharsono Instagram : @andini_harsono

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Terima Kasih Covid-19

26 April 2020   18:00 Diperbarui: 26 April 2020   19:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seingat saya, sudah 2 bulan kita semua berada di rumah karena adanya pandemi ini. Bekerja dari rumah, sekolah dari rumah, dan berkegiatan apa aja dari rumah. Namun, sebagian orang terpaksa tetap harus berada di luar rumah demi menunaikan tugas dan kewajibannya. Bersyukurlah saya, dan kita semua yang mendapat kesempatan duduk diam di rumah demi memutus mata rantai Covid-19.

Kebijakan demi kebijakan pemerintah ciptakan guna menghentikan penyebaran Covid-19 Mulai dari mewajibkan sekolah dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, menutup pusat keramaian hingga PSBB. Ya meskipun tetap saja ada plus minusnya, tapi kita patut mendukung upayanya dengan tetap berada di rumah jika tidak ada keperluan yang bersifat primer.

Saya sendiri benar-benar menerapkan karantina mandiri di sebuah kamar kos yang selama ini saya sewa. Apalagi pada tanggal 12 Maret saya terkena sakit demam tinggi dan sudah khawatir terkena Covid-19. Sejak itu dokter yang menangani saya menyarankan untuk karantina mandiri, jangan kemana-mana selain keluar beli kebutuhan pokok. 

Mengingat pekerjaan saya adalah freelancer dimana dapat dikerjakan di rumah. Begitu cintanya saya pada diri saya, maka saya patuhi saran dokter dan terus berkontak dengan beliau melaporkan perkembangan kesehatan saya. Syukur alhamdulillah saya terkena tampek atau gabagan (dalam bahasa Jawa) bukan Covid-19.

Setelah sembuh dari sakit (kurang lebih 2 hari), saya tetap berada di rumah dan ternyata kasus Covid-19 di Indonesia terutama Jakarta terus meningkat hari demi hari. Beredarnya berita soal Covid-19 membuat saya stress dan takut. Akhirnya seminggu setelah memantau berita saya mengalami sesak nafas dan batuk-batuk secara tiba-tiba. 

Saya semakin takut. Rupanya saya benar-benar mengalami stress. Dokter menyarankan saya untuk tidak mengikuti berita apapun lagi tentang Covid-19 dan istirahat. Tak lupa konsumsi sayur dan buah serta vitamin. Bisa ditambahkan juga minum air rebusan jahe, kunyit dan temulawak agar imunitasnya membaik.

Di sisi lain, sadar gak sih kalau banyak hal yang patutnya kita berterima kasih kepada Covid-19? Berterima kasih kepada Allah SWT yang telah mengijinkan virus ini terjadi di muka bumi. Mengapa? Berikut beberapa alasannya menurut saya.

Diberikan Banyak Waktu

Kesibukan setiap hari menjadikan waktu begitu berharga. Tapi banyak waktu juga yang kita lewatkan begitu saja, terutama momen-momen penting dalam hidup kita. Seperti makan malam bersama keluarga, telepon orang tua di kampung, dan sekedar break merawat diri sendiri. Dengan adanya Covid-19 ini, kita diberikan banyak waktu untuk kembali bersama keluarga. Memasak bersama, mengerjakan pekerjaan rumah bersama, dan berbagi cerita bersama.

Bagaimana kalau yang masih sendiri? Kita diberikan banyak waktu untuk kembali merawat diri sendiri. Menyusun kembali rencana-rencana yang hampir musnah karena adanya pandemi hingga memperbaiki komunikasi dengan keluarga/saudara/sahabat yang mungkin selama ini kurang terjalin karena kesibukan. Intinya waktunya memperhatikan diri sendiri.

Lebih Melihat Ke Dalam Diri Sendiri

Sebagian orang akan mengalami ini, introspeksi diri. Ketika banyak waktu yang tersedia untuk diam di rumah, maka seseorang yang telah peka 'rasanya' akan melakukan koreksi diri sendiri. Mengingat apa saja yang telah terjadi pada hidupnya selama ini, apa saja yang telah dia lakukan dalam hidupnya selama ini, dan apa saja yang telah dia terima dan berikan pada hidupnya. 

Semua akan tergambar jelas. Perenungan bukan berarti meratapi dan menyesali kejadian yang telah lewat. Namun, melakukan pelepasan beban dengan memaafkan diri sendiri dan memberi kesempatan untuknya berubah menjadi baik. Semakin kita melihat ke dalam diri sendiri, semakin sedikit kita akan melakukan hal-hal yang kurang terpuji.

Contoh sederhana, jika tetangga punya BMW maka kita akan banyak bersyukur dengan kita baru bisa menggunakan transportasi umum seperti Transjakarta. Kita terbebas dari pajak kendaraan dan juga dana darurat jika sewaktu-waktu mobilnya kenapa-kenapa. Contoh lainnya, ketika sahabat kita mendapat bonus dari project di kantornya, maka dengan ikhlas kita mengucapkan selamat tanpa minta ditraktir olehnya. Bisa jadi uang bonusnya dia gunakan untuk mengirim orang tuanya yang sedang kurang sehat di kampung.

Kasus lain, ketika seorang kawan memberi undangan pernikahan sedangkan kita sudah single lebih dari 5 tahun maka kita patut bersyukur. Tandanya kita masih diberi kesempatan untuk berbenah diri. Mempersiapkan mental hingga finansial untuk hidup bersama orang lain. Bukan hanya si 'cinta' tapi juga orang tua (keluarga)nya.

Menjaga Pola Hidup

Karena mall dan pusat hiburan lainnya tutup maka kita akan mulai berpikir untuk workout di rumah, makan sayur, membuat smothies, dan mengatur waktu tidur. Mulai juga membongkar kardus, lemari, peti atau tempat penyimpanan barang lainnya dan mulai merapikannya. Saya sendiri memanfaatkan momen karantina ini untuk pindah kamar kos. 

Mengurangi hampir setengah barang-barang yang selama ini saya simpan entah gunanya untuk apa, merupakan kebahagiaan hakiki. Saya bisa membuang 'sampah' dan sebagian saya bagikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Ternyata selama ini saya menyimpan banyak barang yang saya tidak pakai namun orang lain butuhkan. Oh so sad.

Saya pun mulai menerapkan makan sayur setiap hari. Mengonsumsi buah-buahan. Minum air jahe setiap hari dan olahraga teratur. Hal ini yang selama ini sulit saya lakukan secara teratur. Saya pun menjaga porsi nasi dan cemilan yang saya konsumsi. Mungkin selama ini, ketika bekerja di luar, sedikit-sedikit saya akan membeli minuman kekinian dan makan cemilan yang tak terkontrol.

Kita juga jadi rajin bersih-bersih rumah, cuci tangan bahkan sekarang saya jadi rajin mengepel dan membersihkan jendela kamar.

Memupuk Kembali Rasa Kemanusiaan

Tanpa dipaksakan, banyak orang tergerak hatinya untuk kembali bergotong royong membantu yang terdampak Covid-19 secara ekonomi. Sudah tidak pandang siapa dia, kaya miskin, semua bergerak saling membantu. Terutama bagi mereka para frontliners kita (terima kasih dokter, suster, tenaga medis lainnya, dan petugas kebersihan fasilitas kesehatan). 

Rasa kemanusiaan kembali bergelora di dada. Kalau tidak bisa membantu secara materi, kita akan dengan senang hati membantu dengan diam di rumah, tidak bepergian, tidak mudik atau pulang kampung. Kita akan dengan senang hati juga berkirim makanan dan berbagi makanan kepada mereka. Jika pekerjaan kita sebagai influencer, maka dengan senang hati membantu mempromosikan usaha-usaha yang terkena dampak agar tetap berjalan.

Hal sederhana lainnya adalah mengirim pesan kepada para sahabat, kepada siapa saja dan mendoakan keselamatan bagi mereka. Apakah selama ini kita sering melakukan hal ini? Ini terjadi karena rasa cinta kita kepada sesama. Harapan kita semua, pandemi ini dapat segera berakhir dan kita bisa kembali beraktivitas, bekerja seperti sedia kala.

Namun, tidak ada salahnya kita gunakan waktu karantina mandiri ini untuk benar-benar membersihkan diri daripada mengeluh yang tak berkesudahan. Apalagi bertepatan bulan suci Ramadhan. Allah berikan banyak waktu untuk kita bisa beribadah kepada-Nya. Memohon apa saja dan mendekatkan diri kepada-Nya. 

Tanpa disadari, Covid-19 membawa kita kepada kebangkitan spiritual massal. Bagi orang-orang yang telah peka 'rasanya' akan memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan lebih banyak kebaikan dan menebarkan cinta kepada semesta beserta isinya.

Selamat berpuasa, semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan keberkahan untuk kita semua teman-teman kompasianer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun