Mohon tunggu...
Fie
Fie Mohon Tunggu... Ngurus anak -

Daster chef, Blogger

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kado Ultah Tita

6 Maret 2014   22:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali lagi tita melihat dirinya di cermin, mengoleskan lagi lipgloss pinknya yg mulai memudar. Ini sudah yang kelima ia melakukannya.

Sesekali ia menoleh ke arah jam dinding.
Sudah jam 9 malam dan ardi belum juga datang.
"Apakah dia ngga tau kalau hari ini ulang tahunku?" Gerutu tita dalam hati.
Tita berjalan gontai keruang tamu rumahnya yang mungil. Menghempaskan tubuhnya di sofa.
Didepannya sudah tersaji satu loyang tiramisu cake dan 17 lilin kecil warna warni.
Tita sengaja memilih tiramisu, karna ardi pencinta kopi moka.
Rencananya, malam ini tita ingin merayakan ultahnya hanya berdua dengan ardi.

"sudah tita, sebaiknya kamu tidur. Besok kamu masuk kerja kan?" suara mama membuyarkan lamunannya.
"sebentar lagi ma.." jawab tita pelan.
Tita, gadis 17 tahun itu sudah bekerja di salah satu resto cepat saji. Selepas SMA tahun lalu, tita memustuskan untuk bekerja. Bukan berarti dia tak ingin kuliah. Tapi ia kasihan dengan mama yang single parent. Papanya berpulang ketika tita masih SD dan hanya mama yang menanggung biaya hidupnya dan tita, putri satu satunya

"tita..bangun. Sudah subuh...mandi dan sholat sana..! " guncangan mama lagi lagi mengagetkannya.
Hah? Aku ketiduran di sofa?
Tita mengucek matanya. Ya ampuun...ardi??

***

# aku tak bisa datang semalam. Hanya ini yang bisa kusampaikan. Semoga kau bertambah dewasa. Maaf untuk tiap tetes airmata yang hadir karna aku...fr: Ardi

surat itu masih digenggamnya. Tita masih tak percaya ardi seperti itu. Melupakan hari ultahnya yang sudah jauh jauh direncanakannya.
Perlaha ia membuka bungkus kado berwarna ungu, warna kesukaan tita dan ardi. Tita menangis menahan sesak dadanya karna kecewa.
Sebuah kotak dengan lambang hati di atasnya.
Didalamnya, sebuah mukena putih berenda. Cantik sekali...gumam tita.
Dipeluknya mukena itu, dalam hati tita berjanji akan memakainya setiap kali sholat.
Ada surat lagi di dalam kotak.

# Dear Tita,
aku tak bisa mengucapkan kata pisah. Tak bisa juga aku bertemu denganmu lagi. Kamu pasti mengerti maksudku kan? Keluargaku menentang hubungan kita. Terutama mama. Inilah alasan utama kenapa aku tak datang pada hari ulangtahunmu.
Aku menghormati keputusan mama, meski berat tapi aku tak sanggup untuk menolaknya.
Aku yakin kamu paham itu kan ta?
Hadiah ini aku berikan kepadamu, agar kau selalu ingat Tuhanmu. Banyak banyak berdoa ya ta..mungkin saat ini bukan jalan kita.jika kita berjodoh,kita pasti akan dipertemukan lagi..-ardi-

tita melipat kertas putih itu,dimasukannya lagi dalam amplop ungu.
"tita kenapa?" tanya mama sembari duduk disampingnya.
Tita yang menagis langsung menghamburkan wajahnya ke dada mama.
"sudah sayang. Mungkin kalian bukan jodoh. Lagian..kamu baru 17 tahun.langkahmu masih panjang,nak.." hibur mama sambil membelai rambut tita yang sebahu.
" tita sayang ardi ma...tapi keluarganya menentang kami karna kita bukan orang kaya.." kata mita sesunggukan.
"ngga apa apa sayang. Mungkin keluarga ardi inginkan yang terbaik untuknya. Dan mama juga ingin yang terbaik untukmu. Masih ada lelaki istimewa buatmu diluar sana tita..jadi..jangan menangis lagi ya? Nikmati masa mudamu,tapi ingat pesan mama. Jangan terjebak dalam cinta yang tidak baik. Kamu mengerti maksud mama kan? Jaga kehormatanmu tita.." ujar mama pelan
"iya ma...tita akan selalu ingat kata2 mama...tita janji.." jawab tita sambil memeluk mama,dan kali ini lebih erat.

Tak mengapa aku kehilangan ardi, tapi aku masih punya mama yang rasa cinta dan kasihnya jauh lebih besar untukku, dan ini adalah kado terindah dalam hidupku.
-Tita-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun