Lebih dari 3,8 miliar orang di seluruh dunia telah menggunakan smartphone dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pengguna internet juga terus mengalami perkembangan hingga mencapai 63% populasi di dunia telah memanfaatkan adanya internet tersebut.
"Sampai akhir 2018, pengguna internet pasti melewati lebih dari 50/50. Angka tersebut menggambarkan kemajuan penting yang lebih inklusif untuk pengguna global" ungkap chief houlin zhou dalam keterangan resminya.
Tentu dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu pesat serta munculnya internet, tentu banyak membawa perubahan yang signifikan pada segala aktivitas manusia. Salah satunya dalam hal sistem pembayaran. Jauh sebelum teknologi berkembang pesat, sistem pembayaran masih dilakukan secara money to money (uang ke uang) dengan menggunakan uang non tunai, namun sekarang sistem pembayaran telah beralih pada sistem pembayaran digital dengan memanfaatkan adanya smartphone, kerap kita sapa dengan pembayaran menggunakan qr code.
Agustus 2019 melalui PADG No. 21/18/PADG/2019 tanggal 16 agustus 2019 telah ditetapkan bahwa bank indonesia (BI) mengeluarkan ketentuan pemberlakuan kode qr yang dapat digunakan pada berbagai aplikasi pembayaran dengan disebut sebagai quick response indonesian standar (QRIS). Tentu dari adanya standarisasi ini, BI memiliki tujuan agar memberikan kemudahan, keamanan dan kecepatan dalam bertransaksi melalui QRIS.
Tak lama setelah penetapan penggunaan QRIS pada Oktober 2023 jumlah pengguna QRIS telah mencapai 43,44 juta pengguna. Tentu hal tersebut menimbulkan banyak persepsi dari berbagai kalangan dengan adanya sistem pembayaran digital tersebut. Dengan adanya pembayaran digital berbentuk QRIS apakah mempermudah dalam sistem pembayaran atau malah sebaliknya?
Bagi sebagian pengguna QRIS, cara sistem pembayaran yang dilakukan sangat mempermudah dalam bertransaksi, terutama saat terjadi pandemi covid-19 dengan adanya QRIS ini sangat membantu untuk mengurangi terjadinya bersentuhan fisik sehingga memperhambat penyebaran virus corona pada saat itu.
"Melalui QRIS kitab isa menghindari bersentuhan fisik saat bertransaksi. Hal ini bisa mengurangi potensi terpapar covid-19, selain itu juga dengan Qris sangat mempermudah segala transaksi" kata Thalita
Namun menurut beberapa kalangan seperti masyarakat terpencil, tidak merasakan adanya penggunaan pembayaran digital QRIS karena adanya keterbatasan smartphone dan akses internet. Salah satunya di desa Tambaksari, Purwodadi, Pasuruan. Karena letaknya dibawah Gunung, tentu akses internet cukup sulit ditemukan disana, sehingga jarang sekali orang memakai dan menggunakan pembayaran melalui QRIS.
"Karena nggak pakai QRIS jadi antara pembeli dan saya sebagai pedagang bisa ngobrol dulu habis belanja, terus mereka bei lagi dan penjualan saya menjadi naik. Kalau pakai QRIS orang cenderung beli langsung bayar langsung pulang, jadi nggak ada waktu buat ngobrol. Dan nggak semua punya M-Banking untuk bertransaksi dengan QRIS." Ujar salah satu penjual pasar.
Penggunaan QRIS selain memiliki banyak manfaat ternyata juga secara perlahan, dengan penggunaan QRIS dapat menumbuhkan jiwa individualis, seperti yang dikatakan penjual pasar diatas. Karena kecenderungan setelah melakukan pembayaran langsung pergi, mengurangi komunikasi antara penjual dan pembeli.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti terkait penggunaan sistem pembayaran Qris juga menimbulkan beberapa statement. Menurut Lala Camelia Kamilah Dan Delvi Haryati dalam penelitiannya yang berjudul "Pengaruh Kemudahan Penggunaan Manfaat Dan Risiko Terhadap Penggunaan QRIS Untuk Transaksi Pembayaran Pada UMKM" dijelaskan bahwa adanya pembayaran QRIS dapat memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM karena adanya QRIS dapat memberikan pengaruh positif pada transaksi pembayaran, pembayaran semakin mudah, vepat dan aman.