Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya RSVP Dalam Adab Komunikasi Secara Online

18 Juni 2021   19:05 Diperbarui: 18 Juni 2021   19:20 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menyadari, momen dimana kami ditegur. Banyak pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dalam grup WhatsApp namun tidak terjawab.  Padahal waktu itu, respon kami sangat krusial diperlukan karena kami terbatas hanya bisa berkomunikasi secara lisan dan online. 

Bilamana kondisi tanpa respon itu terus menerus terjadi, tentu menjadikan situasi yang kurang nyaman dan komunikasi yang tidak efektif. Penyampai informasi dalam grup WhatsApp menjadi kurang dihargai dan tidak mendapatkan umpan balik yang sebetulnya segera diperlukan dalam pengambilan keputusan.  

Tidak semua orang tentunya memiliki kebiasaan melakukan budaya RSVP atau "harap dijawab" ini. Beberapa kali saya mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan berkenaan dengan ini. Salah satunya adalah sebagai berikut.

Pernah suatu hari saya mencoba berkomunikasi dengan salah seorang admin toko kue melalui aplikasi WhatsApp, untuk memesan beberapa panganan acara syukuran.

Saya bertanya denga mengetikkan mengenai ketersediaan menu panganan yang ada berikut daftar harganya. Karena situasi pandemik, memesan lewat WhatsApp tentu lebih aman. 

Lagipula, pihak toko kue pun menyertakan nomor WhatsApp dan memberi label menerima layanan online dalam laman Instagramnya. Lama tidak ada respon, beberapa jam kemudian akhirnya dibalas dengan  kata "Ada". 

Saya tunggu beberapa waktu, namun lampiran menu yang saya harapkan tidak kunjung disertakan juga. Saya ulangi bertanya lagi mengenai menu, namun dalam beberapa jam tidak ada jawaban. Saya langsung putuskan untuk tidak jadi memesan di toko kue tersebut, karena respon terhadap calon pelanggannya yang  lambat. Alih-alih pesanannya siap diambil, justru waktu banyak terbuang hanya untuk memastikan ragam pesanan saya saja.

Dari pengalaman tersebut, saya bisa membayangkan perasaan si penyampai informasi pada grup kantor bila sama sekali tidak mendapatkan respon atau jawaban ketika itu. Tentu sangat menjengkelkan bukan?

Dalam situasi pandemik seperti sekarang, apapun yang berbasis online tentu sangat disarankan. Demi menghindari kerumunan dan interaksi langsung antar manusia. Oleh karena itu, segala bentuk komunikasi yang terbatas dilakukan secara online tentunya juga diharapkan menghasilkan komunikasi yang efektif. Budaya RSVP menurut saya adalah salah satu dari sekian caranya. 

Respon yang cepat tanggap dari customer service suatu usaha atau bentuk layanan publik yang lain tentunya menjadi harapan para pelanggan, agar pesanan yang dikehendaki dapat segera terlaksana sesuai dengan ketentuan khusus yang disebutkan. Pelayanan yang ramah dan cepat tanggap, tentu berdampak pada meningkatnya grafik penjualan bukan?   

Saya pribadi dalam peran saya sebagai guru, anggota keluarga, dan juga anggota masyarakat.  Menerapkan budaya RSVP dalam keseharian ternyata memberikan manfaat nyata. Selain agar membuat orang lain yang berkomunikasi dengan kita merasa dihargai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun