Perkembangan teknologi kini telah mencapai revolusi industri 4.0. Perjalanan panjang telah dilalui untuk mencapai kemajuan teknologi seperti sekarang. Kemajuan tersebut tentunya memiliki banyak dampak bagi kehidupan masyarakat. Salah satu dampak positif yang paling menonjol saat ini adalah mudahnya akses internet ke media sosial maupun kepentingan dunia maya lainnya. Hal tersebut pastinya memberikan kemudahan bagi masyarakat namun, tak dapat dipungkiri dampak negatif selalu hadir menyelimuti perkembangan yang ada. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang luas tentang bagaimana cara untuk bermedia sosial dengan bijak. Pemahaman tersebut dapat dipelajari lewat literasi digital. Namun, pemahaman tentang literasi digital masih sulit berbaur di masyarakat, sehingga  banyak hal negatif yang muncul ketika bermedia sosial. Hal negatif tersebut adalah maraknya penyebaran ujaran kebencian berbasis SARA di Indonesia.
Tercatat dalam data Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia ada 3.640 unggahan yang mengandung ujaran kebencian berbasis SARA sejak tahun 2018. Angka tersebut ternyata juga didukung dengan tingginya pengguna media sosial di Indonesia. Menurut riset We Are Sosial, pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2023 adalah sebanyak 167 Juta pengguna. Meskipun tak setinggi tahun sebelumnya namun, angka tersebut juga memengaruhi peningkatan ujaran kebencian berbasis SARA. Hal ini dapat saling berhubungan karena semakin meningkat pengguna media sosial, semakin rawan ujaran kebenciaan berbasis SARA dapat terjadi. Sayangnya, peningkatan kasus ujaran kebencian dan tingginya pengguna media sosial di Indonesia tidak diiringi dengan pemahaman tentang literasi digital.
Literasi digital merupakan kemampuan untuk memahami informasi berbasis digital dengan bijak. Literasi digital sangat penting diterapkan di masa perkembangan teknologi seperti sekarang ini. Kemampuan memahami informasi juga diperlukan untuk mengurangi angka kasus ujaran kebencian berbasis SARA di media sosial. Literasi digital tidak hanya mencakup bagaimana pengguna media sosial menerima informasi, tapi juga tentang bagaimana pengguna media sosial membaca, menyerap, dan memilah informasi yang tersebar di media sosial. Hal ini berbanding terbalik dengan fakta literasi digital yang ada di Indonesia. UNESCO menyatakatan bahwa minat baca di Indonesia berada di 0,001% atau setara dengan satu banding seribu orang. Penelitian lain juga menyatakan hal serupa, bahwa Indonesia menjadi peringkat ke 60 dari 61 dalam riset berjudul World's Most Literate Nasions Ranked oleh Central Connecticut Stage University pada tahun 2016.
Rendahnya minat baca di Indonesia menjadi bukti nyata bahwa literasi digital belum terlaksana dengan baik. Padahal, dengan menerapkan literasi digital dapat menjadi upaya menurunkan angka ujaran kebencian berbasis SARA di Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena dengan meningkatkan literasi digital, para pengguna  media sosial dapat lebih bijak dalam berkomentar ataupun mengunggah sesuatu yang sensitif seperti konten SARA. Upaya tersebut bisa diwujudkan dengan lagkah awal meningkatkan minat baca masyarakat, karena membaca juga merupakan bagian dari proses literasi digital. Selain membaca, upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia adalah dengan meningkatkan kepedulian terhadap sesama manusia di media sosial. Terdapat sekitar 24% - 76% dari 240 responden penelitian Ash-Shidiq (2021) yang memiliki kesadaran akan bahaya dan dampak dari ujaran kebencian namun, sebagian besar dari mereka memilih menikmati hal tersebut untuk kepuasan pribadi. Hal ini ternyata juga menjadi salah satu pemicu maraknya ujaran kebencian berbasis SARA di media sosial.
 Adanya kemudahan akses internet ke media sosial banyak menimbulkan perubahan-perubahan di masyarakat. Salah satunya perubahannya seperti kebiasaan melontarkan ujaran kebencian ke media sosial. Saat ini kasus-kasus ujaran kebencian tak hanya ditujukan pada seseorang melainkan juga sebuah kelompok sehingga menyinggung SARA. Oleh karena itu, kemudahan akses tersebut perlu diiringi dengan literasi digital yang baik guna meminimalisasi terjadinya kasus seperti ujaran kebencian berbasis SARA. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia adalah dengan meningkatkan literasi atau minat baca masyarakat di Indonesia. Karena membaca merupakan bagian dari proses literasi digital dan kegiatan utama yang dilakukan seseorang ketika menyerap informasi di media sosial oleh karena itu, perlu adanya kesadaran untuk meningkatkan minat baca di Indonesia. Selain kesadaran membaca, rasa saling peduli antar manusia di media sosial juga perlu dikembangkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam menyebarkan opini ataupun informasi untuk individu ataupun kelompok lain.
 Refrensi:
Kominfo, P. (n.d.). Siaran Pers no. 143/HM/KOMINFO/04/2021 tentang sejak 2018, Kominfo Tangani 3.640 ujaran Kebencian Berbasis Sara di Ruang Digital. Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. https://www.kominfo.go.id/content/detail/34136/siaran-pers-no-143hmkominfo042021-tentang-sejak-2018-kominfo-tangani-3640-ujaran-kebencian-berbasis-sara-di-ruang-digital/0/siaran_pers
Indonesia, D. (n.d.). Pengguna Media sosial di indonesia sebanyak 167 Juta Pada 2023. Dataindonesia.id. https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-media-sosial-di-indonesia-sebanyak-167-juta-pada-2023
Literasi Digital - Kbbi daring. (n.d.). https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/literasi%20digital
lampost.co. https://m.lampost.co/berita-riset-unesco-sebut-minat-baca-indonesia-0-001-persen.html
Sofia, H. (2021, August 7). Literasi Dan Numerasi Dalam transformasi Dunia Pendidikan Indonesia. Antara News.