Ibu Atik namanya, seorang lansia berusia 60 tahun yang tinggal di Kelurahan Tengah, Kecamatan Pontianak Kota, Kalimantan Barat. Beliau tinggal di sebuah rumah berukuran 6 meter x 3 meter bersama 2 orang lainnya, yaitu anak perempuannya dan seorang cucu laki-laki berusia 24 tahun sedangkan untuk suami Ibu Atik sendiri sudah meninggal dunia. Ibu Atik yang tidak pernah merasakan sekolah sama sekali ini memiliki 3 orang anak, 1 orang tinggal di satu rumah yang sama sedangkan 2 orang lainnya masing-masing berada di Jakarta dan Surabaya.
Rumah dengan kondisi dinding setengah tembok, beratap seng, dengan lantai plester semen yang hanya memiliki dua ruangan di dalamnya, yaitu ruang tengah sekaligus dapur yang dihuni oleh dua keluarga, yaitu Ibu Atik sendiri dan anaknya. Namun, hanya Ibu Atik yang menerima bantuan dari pemerintah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) yang seharusnya diterima setiap 2-3 bulan sekali dengan nominal Rp.400.000-Rp.500.000. Tetapi beberapa bulan yang lalu, Ibu Atik tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan adanya perbedaan data yang ada pada Ibu Atik dengan data yang dimiliki oleh pemerintah sehingga bantuan tersebut untuk sementara waktu tidak dapat beliau terima namun sedang diurus kembali oleh sang cucu agar Ibu Atik mendapatkan kembali bantuan tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Atik bekerja sebagai buruh cuci baju begitupula dengan anaknya. Bedanya Ibu Atik hanya bekerja untuk satu rumah sedangkan anaknya bekerja untuk dua rumah sekaligus sehingga penghasilan yang didapat oleh Ibu Atik sekitar Rp.300.000 per bulan dan penghasilan sang anak sekitar Rp.350.000-Rp.500.000 per bulan. Untuk cucu Ibu Atik sendiri bekerja sebagai ojek online yang memiliki pendapatan tidak menentu setiap harinya, yaitu sekitar Rp.50.000-Rp.100.000 sehingga untuk penghasilan perbulannya sekitar Rp.3.000.000.
Seluruh penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan pengeluaran sekitar Rp.20.000 untuk 2-3 kali makan dalam satu hari. Ibu Atik menggunakan kompor berbahan bakar gas 3kg sebagai alat untuk masak sehari-harinya dan rice cooker untuk memasak nasi, untuk air minum beliau menggunakan air galon sedangkan untuk mandi dan mencuci beliau menggunakan air PAM yang disediakan oleh WC umum dan sudah disertai dengan septic tank. Rumah Ibu Atik sendiri hanya memiliki 1 lampu sebagai sumber penerangan dengan daya listrik sebesar 450 watt.
Ibu Atik memiliki TV berukuran 14 inch tetapi sudah tidak dapat digunakan lagi karena sudah rusak, selain TV Ibu Atik juga memiliki 2 kipas angin yaitu yang berukuran besar dan kecil namun yang digunakan saat ini adalah kipas angin kecil dengan alasan untuk menghemat listrik. Alat komunikasi sendiri hanya menggunakan satu handphone yang dimiliki oleh sang cucu sekaligus digunakan untuk bekerja sebagai ojek online. Selain itu, keluarga Ibu Atik hanya memiliki 1 motor keluaran tahun 2017 yang juga digunakan sang cucu untuk bekerja,
Di usia yang sudah menginjak 60 tahun ini Ibu Atik seringkali merasakan sakit, terutama di bagian kakinya dan beliau memilih untuk melakukan pengobatan di Puskesmas terdekat dan untungnya Ibu Atik memiliki BPJS sehingga biaya pengobatan sudah ditanggung oleh pemerintah. Selain rumah beserta isinya, Ibu Atik tidak memiliki aset yang lain.
(Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Februari-April 2024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H