Beberapa waktu lalu, saya sempat berbincang santai dengan suami tentang fenomena yang semakin sering terlihat di sekitar kita---anak-anak muda dengan gaya hidup serba mewah dan glamor. Kami melihat bagaimana mereka dengan mudahnya memamerkan mobil sport mahal, koleksi barang branded yang harganya bisa membuat siapa pun mengernyitkan dahi, hingga liburan ke destinasi eksotis yang seolah tanpa jeda. Rasanya sulit untuk tidak bertanya-tanya, "Kerja apa ya mereka sehingga bisa mendapatkan uang sebanyak itu di usia yang masih sangat muda? Keren banget.."
Awalnya, kami berpikir positif. Mungkin mereka memang jenius dalam berbisnis, mungkin mereka memiliki warisan keluarga yang besar, atau mungkin mereka menemukan peluang emas yang borang lain tidak sadari. Dunia digital saat ini memang membuka banyak pintu baru---dari investasi, bisnis startup, hingga jadi influencer yang penghasilannya bisa melampaui ekspektasi.Â
Tidak lama setelah percakapan itu, muncul sebuah berita yang cukup mengejutkan. Beberapa anak muda yang sempat kami amati---dengan segala kemewahan yang mereka pamerkan---ternyata terlibat dalam kasus luar biasa. Entah itu penipuan, pencucian uang, investasi bodong, atau kegiatan ilegal lainnya. Rasanya seperti potongan puzzle yang akhirnya menemukan tempatnya. Sayangnya, kepingan itu bukanlah gambaran indah yang ingin kita lihat.
Saya terdiam saat membaca berita tersebut. Ada rasa ngeri yang merayap, bukan hanya karena skala kejahatan yang mereka lakukan, tapi juga karena betapa mudahnya jebakan gaya hidup ini menarik anak-anak muda ke arah yang salah. Di era media sosial, di mana validasi sering diukur dari likes, followers, dan seberapa "wah" penampilan kita, tekanan untuk tampil sukses bisa begitu besar. Standar kebahagiaan dan keberhasilan perlahan-lahan bergeser menjadi sesuatu yang dangkal dan superfisial. Tanpa disadari, prinsip dan etika pun bisa tergeser hanya demi mengejar pengakuan instan.
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bagaimana fenomena ini mempengaruhi anak-anak muda lainnya. Ketika mereka melihat teman sebayanya bisa hidup mewah tanpa tahu latar belakang sebenarnya, mereka merasa tertinggal dan mulai mencari jalan pintas. Padahal, tidak semua yang berkilau itu emas. Uang yang datang dengan mudah tanpa usaha yang benar, sering kali membawa konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar kehilangan materi. Nama baik yang tercoreng, masa depan yang hancur, bahkan ancaman hukuman yang bisa membayangi seumur hidup.
Sebagai orang tua, sebagai bagian dari masyarakat, saya jadi merenung lebih dalam. Bagaimana kita bisa membimbing generasi muda untuk memahami bahwa kesuksesan sejati bukan diukur dari apa yang tampak di luar, tetapi dari proses, usaha, dan integritas yang mereka bangun? Bahwa tidak ada salahnya meraih impian, tapi semua itu harus dicapai dengan cara yang jujur dan benar. Hidup memang penuh dengan tantangan dan godaan, tapi kekuatan untuk bertahan di jalur yang benar adalah bukti karakter sejati seseorang.
Cerita ini menjadi pengingat bagi saya pribadi, dan mungkin juga bagi kita semua, bahwa di balik gemerlapnya dunia yang tampak sempurna di permukaan, sering kali ada cerita kelam yang tersembunyi. Media sosial hanya menampilkan potongan kecil dari kehidupan seseorang, dan kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi di balik layar.
Semoga kita semua, terutama generasi muda, bisa lebih bijak dalam menjalani kehidupan. Tidak mudah tergoda dengan jalan pintas, tidak mudah terpengaruh oleh standar kesuksesan semu, dan selalu mengedepankan kejujuran serta kerja keras. Karena pada akhirnya, kebahagiaan yang sejati datang dari hati yang tenang dan hidup yang bersih. Rezeki yang halal, meski datangnya perlahan, akan membawa berkah yang jauh lebih besar daripada kekayaan instan yang penuh risiko.
Mari kita ingat bahwa kehidupan bukanlah lomba cepat-cepat sampai di garis akhir, melainkan perjalanan panjang yang harus dinikmati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI