Mohon tunggu...
Andina Perwitasari
Andina Perwitasari Mohon Tunggu... Human Resources - HR Practitioner

seorang Human Capital yang berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan, berfokus pada kebaikan, pembelajaran, kolaborasi, pertumbuhan, dan kebermaknaan, dengan semangat berbagi yang menjadi jiwa dalam kepemimpinan saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kebiasaan Menulis Pesan "P P P" yang Kurang Etis

30 Januari 2025   08:59 Diperbarui: 30 Januari 2025   08:59 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Di era digital ini, komunikasi melalui aplikasi pesan instan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Cepat, mudah, dan praktis, tetapi di balik kenyamanan itu, muncul kebiasaan-kebiasaan yang bisa dianggap kurang etis. Salah satunya adalah kebiasaan menulis pesan dengan format P P P---yang sering kali berarti seseorang mengirimkan pesan berupa huruf P secara berulang-ulang untuk menarik perhatian penerima pesan.

Apa Itu Pesan P P P?

Pesan P P P biasanya dikirimkan oleh seseorang yang merasa pesan mereka tidak segera dibalas. Sebagai pengirim, mereka berharap penerima segera membalas atau memberikan respons, tetapi cara ini sering kali menimbulkan kesan mendesak atau memaksa, bahkan bisa dianggap mengganggu.

Kenapa Kebiasaan Ini Tidak Etis?

  • Mengabaikan Privasi Orang Lain
    Tidak semua orang bisa merespons pesan secara instan. Kebiasaan mengirim P P P tanpa memikirkan kondisi penerima menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap waktu dan kesibukan mereka.
  • Menciptakan Tekanan yang Tidak Perlu
    Mengirim pesan berulang-ulang bisa membuat penerima merasa tertekan atau terganggu, terutama jika mereka sedang sibuk atau belum sempat membaca pesan.
  • Tidak Memberikan Informasi yang Jelas
    Pesan P P P sering kali tidak disertai konteks atau penjelasan. Hal ini malah membingungkan penerima, karena mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
  • Meninggalkan Kesan Tidak Profesional
    Dalam konteks komunikasi profesional, kebiasaan ini sangat tidak disarankan. Hal ini mencerminkan kurangnya etika komunikasi dan dapat merusak kesan baik di mata kolega atau rekan kerja.

Alternatif yang Lebih Beretika

Daripada mengirim P P P, ada cara-cara yang lebih sopan dan efektif untuk mendapatkan perhatian seseorang:

  • Sampaikan dengan Jelas: Jelaskan maksud atau pertanyaan Anda secara langsung. Contoh: "Hai, ada yang ingin saya diskusikan tentang proyek kemarin. Jika ada waktu, tolong kabari ya."
  • Gunakan Fitur yang Tepat: Banyak aplikasi pesan memiliki fitur mention atau reminder yang lebih sopan untuk menarik perhatian.
  • Beri Waktu dan Kesabaran: Tidak semua pesan harus direspons secara instan. Beri ruang bagi penerima untuk merespons sesuai waktu luangnya.

Menanamkan Budaya Komunikasi yang Lebih Baik

Komunikasi yang baik adalah tentang saling menghormati. Sebagai pengirim pesan, penting untuk memahami bahwa tidak semua orang memiliki waktu atau kondisi yang sama untuk merespons. Dengan meninggalkan kebiasaan mengirim P P P, kita bisa menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih nyaman dan menghargai satu sama lain.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda pernah merasa terganggu dengan pesan P P P? Atau mungkin Anda pernah tanpa sadar melakukannya? Yuk, mulai ubah kebiasaan ini demi komunikasi yang lebih baik!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun