Mohon tunggu...
Andi Mulyan
Andi Mulyan Mohon Tunggu... Dosen - CANGADI-SOPEENG SULAWESI SLATAN, ALUMNI S1 UNHAS DAN S2 SOSIOLOGI UNM MAKASSAR

Dosen UNU NTB-PRODI SOSIOLOGI Nomor WA: 085333176177

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menjelajah di Pulau Maringkik

26 Desember 2019   08:35 Diperbarui: 26 Desember 2019   08:41 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maringkik, salah satu pulau terpencil yang dihuni oleh beberapa suku. Pulau ini terletak di Desa Pulau Maringkik, Kecamatan Kruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Suatu keunikan pada pulau ini yaitu memiliki suatu pesona khas yang sungguh mengagumkan. Pasir panjang di saat air surut menjadi andalan wisata di pulau ini. Gugusan tebing eksotis yang menjorok ke laut juga menjadi persembahan bagi pengunjung. Bentuk asimilasi budaya yang terbentuk oleh beberapa suku nelayan di pulau ini juga menjadi suatu pengalaman menarik bila berkunjung.

Dulunya, Pulau Maringkik bernama Gili Buwung ini dikelilingi oleh beberapa gili-gili yang cantik, seperti Gili Bembe, Gili Kera, Gili Sunut, Gili Beleq, dan gili-gili lainnya. Pulau ini pun juga berdekatan dengan berbagai pantai indah yang terletak pada bahagian selatan, seperti Pantai Pink, pantai-pantai yang ada di Tanjung Ringgit, dan pantai lainnya. Pantai-pantai indah ini dapat dipandang keindahannya bila kita berada di atas Bukit Maringkik.

dokpri
dokpri
Pada tepian Pulau Maringkik, yaitu tepatnya di kawasan dermaga lama, pasir panjang berwarna putih muncul ketika air laut lagi surut, dan menjadi pemandangan indah. Pasir panjang ini layaknya seperti sebuah jalan yang menghubungkan dua gili yakni Gili (Pulau)  Maringkik dengan Gili Bembe. Tak jarang pengunjung menjelajah di sudut-sudut pasir panjang yang berbentuk jalan ini. Demikian juga bagi pengunjung yang senang berendam di air laut, atau menjelajah di tepian pantai dapat berenang sembari bercenkerama dengan sejenis hewan cantik yang disebut bintang laut.

Menjelajah lebih jauh hingga ke Bukit Maringkik, kita pun dapat lepas pandang ke laut lepas dan ke berbagai gugusan tebing di berbagai gili lain yang tampil mempesona. Demikian juga dengan deretan pantai berpasir putih tampil cantik dengan mengikuti tepian air laut yang biru dari kejauhan. Dari atas bukit, kita dapat menyaksikan deretan perahu nelayan bersandar di atas pasir tepian pantai Maringkik, atau pun sebagian buang jangkar di atas air laut dangkal.

20171221-125737-5e037111097f3647fc19ea02.jpg
20171221-125737-5e037111097f3647fc19ea02.jpg
Gugusan tebing Pulau Maringkik yang menghadap ke laut lepas juga tak kala eloknya dengan gugusan tebing lain yang ada di gili lain. Eksotisme tebing Pulau Maringkik mempersembahkan suatu keunikan tersendiri yang jarang ditemukan pada wilayah tebing lain.

Sebuah terowongan mini pada bagian bawah tebing yang menjorok ke laut lepas sungguh indah nan mempesona.Tebing yang satu ini juga menjadi salah satu andalan para pengunjung untuk dijadikan spot untuk berphoto atau berselfi-ria. Pada ujung tebing ini, pengunjung dapat berdiri atau duduk sembari menikmati betapa indahnya laut biru yang membentang luas, yang sekali-kali dihiasi oleh permainan ombak kecil.

Luas wilayah Pulau Maringkik yaitu hanya sekitar 6 hektar. Struktur tanah yang ada pada pulau kecil ini tidak merata atau berbukit-bukit, sehingga sangat wajar jika kita berkunjung di pulau ini menemukan bentuk perumahan yang tidak beraturan, bahkan saling berdesakan. Namun, rumah penduduk yang berdomisili di pulau ini adalah beberbentuk rumah panggung khas Sulawesi Selatan, mengingat penduduk yang rata-rata menjadi penghuni di pulau ini adalah penduduk yang berketurunan Sulawesi.

dokpri
dokpri
Menjelajah di selah-selah rumah khas Pulau Maringkik adalah sesuatu yang menyenangkan. Unik dan sederhana adalah sesuatu yang jarang ditemukan di daerah lain, khususnya di wilayah perkotaan.Namun bila dicermati, di dalam kolom rumah panggung tersebut, dan atau pada tangga rumah panggung, tak jarang ditemukan perempuan-perempuan duduk santai dengan mengenakan bedak lulur yang terbuat dari tepung beras sembari saling mencari kutu.

Bedak tersebut berfungsi sebagai pembendung matahari dan juga berkhasiat untuk mempercantik kulit. Selain itu, pada bagian kolom rumah panggung, tak jarang pula ditemukan gadis-gadis beraktifitas di depan alat tenun. Ternyata, mereka memiliki keterampilan menenun kain, yang nantinya akan di jual pada konsumen.

Aktifitas nelayan dapat dilihat langsung pada waktu pagi. Para perahu nelayan silih-berganti memasuki kawasan pantai yang berdekatan dengan sebuah bukit. Pantai inilah sebagai tempat untuk menyandarkan perahu-perahu mereka ketika pulang membawa hasil tangkapan ikan. Pada pantai ini pula kita dapat melihat pola kerja sama antara nelayan yang satu dengan nelayan yang lain. Mereka saling bahu-membahu dan  tolong-menolong untuk menyandarkan perahu ke atas pasir.

Namun di sisi lain, pada kelompok perempuan, mereka pada menjemput hasil tangkapan ikan dari suami atau keluarga yang baru saja pulang dari melaut. Sementara bagi kelompok perempuan yang berstatus janda atau bagi yang memiliki tingkat ekonomi rendah, mereka tetap akan mendapatkan rezeki dari para nelayan, dengan cara datang langsung ke pantai untuk meminta atau menunggu pemberian, yang istilah masyarakat pulau di Maringkik yaitu "Maciro".

dokpri
dokpri
Suku-suku nelayan yang bermukim di Pulau Maringkik yakni, suku bugis, makassar, mandar, ende, buton. Mereka saling berbaur satu sama lain, namun sifat kebesamaan atau solidaritas mereka tetap nampak baik. Mereka membawa bahasa suku masing-masing, namun mereka menjadikan bahasa bajo sebagai bahasa persatuan.

Keragaman suku yang menjadi penduduk Pulau Maringkik  adalah bukan berarti kedatangan mereka dalam waktu yang bersamaan.  Merekapun datang secara berkelompok dan bertahap, bahkan datang secara individu dengan membawa penglaman dan keterampilan untuk dikembangkan di pulau ini.

Namun pada awalnya, keahlian mereka dalam mengarungi laut dan samudera, serta kemampuan mereka menjamah rahim laut adalah warisan dari nenek moyangnya yang terjadi secara turun-temurun. Merekapun menyatukan keahlian mereka demi untuk bertahan hidup di pulau yang terpencil ini.

Bentuk kearifan lokal lain yang dikenal di Pulau Maringkik adalah bahwa sebagian besar manusia sulit memutuskan hubungan dengan hewan piaraan. Penduduk yang ada di pulau ini, sangat akrab dengan hewan piaraan berupa kambing. Hanya saja kekurangannya bahwa di pulau ini sulit menemukan tumbuhan, sehingga dalam bertahan hidup,kambing-kambing yang ada di pulau ini membiasakan diri mengkomsumsi kertas. Selainitu, kambing di sini terkadang nyolong makanan atau beras di rumah warga tatkala rumah tersebut terbuka pintunya.

Untuk menemukan Pulau Maringkik, apabila kita beranjak dari Kota Mataram, kita pun dapat melewati Kota Praya (Lombok Tengah). Di saat kita berada di Praya, silahkan mengambil jalur kiri yang mengarah ke Mujur. Dari Mujur, silahkan melaju ke arah Kruak(Lombok Timur) hingga bertemu dengan Pasar Kruak. Jika anda menemukan Pasar Kruak, silahkan melaju lagi hingga bertemu dengan simpang tiga.

Dari simpang tiga, terus lagi belok kiri, dan sekitar 800 meter kita akan dipertemukan sebuah jalanan yang membelok ke arah kanan yaitu ke Tanjung Luar. Dari jalan Tanjung Luar, silahan melaju terus dan jangan berhenti sebelum bertemu dengan Pasar Tanjung Luar atau Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang terletak di tepi pantai.

Di sekitar TPI inilah terdapat penyeberangan ke Pulau Maringkik. Di lokasi penyeberangan ini tersedia perahu umum yang akan mengantar para penumpang ke Pulau Maringkik. Adapun harga tiket penyeberangan ke Pulau Maringkik yaitu hanya 5.000 rupiah. Kecuali jika anda ingin menggunakan perahu wisata, tentu harganya jauh lebih tinggi jika dibanding dengan harga perahu umum.Untuk tempat parkir, di lokasi ini, warga sekitar siap menampung kendaraan pribadi anda dengan sistem parkir.

Pesan bagi wisatawan yang akan mengunjungi Pulau Maringkik dan sekitarnya adalah bahwa untuk menemukan Lokasi Tanjung Luar, sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi, sebab kendaraan umum yang menuju ke Tanjung Luar agak sulit karena penumpang harus mencari mobil angkutan secara estapet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun