Mohon tunggu...
Andi M Sadat
Andi M Sadat Mohon Tunggu... profesional -

Berbeda dengan bicara, kekuatan menulis bisa melampaui ruang & waktu. Hebatnya lagi melalui kekuatan teknologi saat ini, ia bisa terdokumentasi dengan sangat baik, idenya pun bisa ditularkan melebihi virus sekalipun, sehingga si penulis bisa menunjukkan bahwa dirinya pernah "ada".\r\n\r\nPenulis saat ini belajar & tinggal di UK. Blog Pribadi: http://andimsadat.blogspot.co.uk/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

999 yang Menghancurkan Bisnis Anda (#25)

21 Desember 2014   05:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:50 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14190888192021986359

25. Tidak merespon panggilan telepon. Kejadian ini terjadi saat harus mengantar istri ke salah satu rumah sakit (RS) swasta besar di Surabaya. Sambil duduk di ruang tinggu khusus, mata saya cukup awas mengamati sekeliling, maklum RS yang dirancang mirip mal dan memiliki 16 lantai tersebut, hari itu cukup ramai. Sementara sang dokter spesialis yang kami tunggu-tunggu belum juga muncul.

Yang cukup kontras dengan kesibukan masing-masing orang sore itu adalah suara deringan telepon yang bersahut-sahutan. Sayangnya deringan tersebut hanya menjadi pelengkap keramaian sebab tidak seorang pun petugas RS yang sigap mengangkatnya. Beberapa telepon terlihat terus berbunyi dan cukup mengganggu. Dalam hati saya menggerutu “inilah penyebab mengapa setiap kali kami telepon, sangat jarang mendapat respon”, padahal RS tersebut memiliki cukup banyak karyawan. Lihat saja disetiap ruangan dokter di tempatkan satu buah meja khusus buat asisten, biasanya mereka adalah para suster yang juga berfungsi menjawab setiap panggilan masuk, belum lagi deretan karyawan yang duduk disekitar meja resepsionis.

Namun pemandangan sore itu membuat jelas, para suster dan karyawan tengah berkumpul di satu tempat, mereka asyik mengobrol, maklum meja-meja mereka yang memang berdekatan tak kuasa menahan naluri berkumpul dan bergosip sehingga mendorong bergerak meninggalkan pos masing-masing. Mereka terkonsentrasi pada satu meja, kursi beroda yang dapat digeser turut punya andil memudahkan aktivitas ngerumpi saat jam kerja tersebut. Akhirnya deringan telepon yang silih berganti disetiap meja tidak pernah mendapat respon yang layak.

Dan, jujur saja setelah beberapa kali kami berkunjung ke RS sebagai pasien, kami berjanji tidak akan jadi loyalis mereka. “Kalau bukan karena dokter spesialis itu, saya tidak akan ke rumah sakit ini!” demikian janji istri saya yang hampir setiap saat dipusingkan jika harus registrasi via telepon. Selebihnya, ada puluhan dan bahkan ratusan orang pasien yang mungkin memiliki persepsi yang sama dengan kami. Kalau kondisi ini terus berlanjut, tidak lama lagi RS ini akan sepi pengunjung. Para pasien akan berpaling ke RS lain yang bisa memberikan pelayanan lebih baik, sebanding dengan uang yang mereka keluarkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun