Sempat menjadi perdebatan, saat si bos memutuskan merekrut lagi seorang karyawan padahal jumlah yang ada dengan load pekerjaan saat ini lebih dari cukup.
Tidak jelas apa maksud bos sebab minggu berikutnya seorang wanita cantik diperkenalkan sebagai karyawan baru dengan tugas sebagai personal support bagi yang lain. Suasana kerja kantor konsultan yang homy membuat kami cepat akrab satu sama lain. Berbagai persoalan mulai dari masalah kantor, keluarga, hingga pribadi memang sejak dulu sering di-sharing, maklum rekan kerja yang jumlahnya dalam hitungan jari telah dianggap sebagai keluarga sendiri.
Namun, suasana tersebut belakangan terganggu, beberapa rekan memilih menahan omongan jika yang disampaikan bersifat ”secret”. Maklum, sejak kehadiran karyawan baru tersebut seolah-olah dinding pun berkuping. Segala tetek-bengek kantor dengan mudah sampai ke telinga bos yang lebih sering di luar kantor. ”Kalau yang disampaikan itu benar dan untuk kemajuan perusahaan seh gak masalah!” Gerutu si Alex yang merasa jadi korban pengaduan.
Terlepas apa pun tujuannya, upaya ”memata-matai” karyawan jelas tindakan kuang arif, sebab yang tercipta justru rasa tidak saling percaya dan ketidaknyamanan. Semua terlihat kaku tidak alami, ada ”kebohongan” dibalik aktivitas sehari-hari, wajar jika produktivitas makin menurun dan beberapa karyawan berprestasi bersiap-siap segera angkat kaki. Lambat laun kondisi ini jelas akan merusak eksistensi perusahaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H