Mohon tunggu...
Andi M Sadat
Andi M Sadat Mohon Tunggu... profesional -

Berbeda dengan bicara, kekuatan menulis bisa melampaui ruang & waktu. Hebatnya lagi melalui kekuatan teknologi saat ini, ia bisa terdokumentasi dengan sangat baik, idenya pun bisa ditularkan melebihi virus sekalipun, sehingga si penulis bisa menunjukkan bahwa dirinya pernah "ada".\r\n\r\nPenulis saat ini belajar & tinggal di UK. Blog Pribadi: http://andimsadat.blogspot.co.uk/

Selanjutnya

Tutup

Money

#31. Utopia Good Corporate Governance: Pihak eksternal Menyetir Perusahaan

31 Desember 2014   01:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:08 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14199399141941868717


Ini adalah kisah sebuah perusahaan konsultan manajemen tersohor di tanah air, yang berkantor dibilangan Kuningan Jakarta Selatan. Pagi itu rekrutmen untuk posisi manajer Human Resource (HR) baru saja didapatkan. Jajaran pimpinan perusahaan yang merasa sevisi dengan manajer baru memberi garansi bahwa perubahan dalam organisasi perusahaan mutlak dilakukan terutama pembenahan SDM, dan sang manajer baru memegang erat komitmen tersebut dengan semangat.

Selanjutnya rancangan strategi mulai digodok dan secara perlahan diimplementasikan dalam perusahaan. Namun, umum diketahui, setiap kali angin perubahan dihembuskan maka sikap resisten selalu saja ada. Awalnya, rintangan bisa dilalui sebab pihak-pihak yang resisten adalah kalangan manajemen level bawah dan menengah (lower and middle management) yang relatif bisa dikendalikan. Masalah utama muncul justru berasal dari ”eksternal” manajemen perusahaan. Kok bisa? Ya, pihak eksternal ini adalah orang yang merasa punya andil dalam merintis perusahaan sejak awal. Dirinya merasa tau betul bagaimana seharusnya perusahaan dijalankan, tanpa harus peduli masukan orang-orang disekelilingnya. Meskipun tidak masuk dalam struktur formal perusahaan, pengaruhnya demikian kuat dikalangan top manajemen.

Singkat kata, setelah mendengar program perubahan mulai bergulir, dirinya menjadi rajin ke kantor, bukan untuk mendukungnya, melainkan menyusun oposisi untuk mementahkan setiap program tersebut. Bagian HR disabotase, para bawahan sang manajer baru ”dipaksa” membangkang. Jika tidak, perlahan tapi pasti mereka akan didepak.

Beberapa karyawan mencoba mengambil sikap mendukung karena angin perubahan cukup menjanjikan, namun apa daya mereka tidak memiliki kuasa apa-apa. Saat sang manajer baru meminta dilakukan rapat dengan pimpinan, dirinya hanya mendapati ketidakberdayaan jajaran manajemen perusahaan. Mereka terlihat membisu dibawah tekanan. Lebih menyakitkan lagi, dirinya justru menjadi sasaran tembak, dianggap biang kesalahan dan dianggap tidak mengerti filosofi perusahaan.

Merasa dijerumuskan dan berjuang sendiri, sang manajer pun kembali menemui pimpinan yang dulu merekrutnya, dia ingin menagih komitmennya dulu. Namun, sungguh mengejutkan sang pimpinan justru berkelit dan menyarankannya untuk mengundurkan diri secepat mungkin. Mendengar perkataan tersebut sang manajer sangat kebingungan, namun sejurus kemudian ia berkata ”saya akan mengundurkan diri sekarang juga”.

Sungguh, situasi ini sulit dipahami tetapi demikianlah adanya. Perusahaan konsultan ternama, memiliki imej cukup kuat dengan kantor yang megah namun ternyata menyimpan penyakit akut, dan membiarkannys. Produk konsultasi yang dijual mahal untuk membenahi perusahaan-perusahaan klien menuju good corporate governance, justru tidak dipraktikkan diperusahaannya sendiri. Internal perusahaan amburadul, dibiarkan dicampuri oleh pihak lain yang anti perubahan. Benar-benar tidak seindah wajah aslinya!

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun