Saya sering sekali mendapat "curhat" dari teman2 Teknisi IT yang gagal dalam membuka usaha, padahal mereka yakin, skill dan ilmunya sudah mumpuni. Hampir semuanya adalah mantan teknisi di beberapa perusahaan, kantor, dan warnet. Dan setelah gagal membuat usaha sendiri, biasanya mereka akan kembali menjadi karyawan abadi.
Mungkin catatan ini bisa memberi sedikit masukan, karena saya sendiri adalah orang IT dan banting stir jadi Wirausahawan. Terus terang, ada beberapa masalah yang terjadi jika kita alih profesi dari pegawai IT menjadi Wirausahawan IT, meskipun sama2 bidang IT, diantaranya :
1. Produk yang bagus tanpa Pemasaran yang baik.
Anda yakin telah membuat produk IT yang kualitasnya bagus, anda mencurahkan waktu dan tenaga untuk membuatnya dan memastikan produk tersebut bekerja dengan baik. Tapi anda lupa, anda TIDAK memasarkannya dengan tepat. Anda hanya MEMAJANG, dan menunggu pembeli datang. Paling banter, cuma taruh foto disertai keteranga seadanya, di jejaring sosial atau toko2 online, dan berdoa banyak2 supaya dagangan laku. Beberapa bulan kemudian, anda akan sibuk membuat surat lamaran untuk di masukkan ke lowongan kerja beberapa perusahaan.
Produk disini pun, termasuk HKI alias ilmu dan skill anda. Kemampuan anda adalah asset berharga dan produk jasa yang bisa dijual. Jika tidak ada orang yang tahu keahlian anda, jangan harap ada orang yang mau menyewa jasa anda.
Hal ini "diperburuk" oleh prinsip2 orang IT yaitu ilmu Padi, Semakin berisi, semakin merunduk. Alias semakin banyak ilmu, semakin diam saja. Iklan kemampuan diri dianggap Sombong. Klop dah...
2. Fokus hanya IT, bidang lain tidak dikuasai.
Selama jadi pegawai, anda cuma dihadapkan kepada persoalan IT. Anda tidak akan pernah tahu, bagaimana kondisi keuangan perusahaan tempat anda bekerja, bahkan anda cuma disuruh memberikan solusi IT saja, soal barang2 apa yang akan dibeli atau yang diputuskan untuk dibeli, bukan wewenang anda. Anda cuma disuruh memberikan spek dan spek alternatif saja. Betul?
Jika anda menjadi Wirausahawan, maka semua bidang akan menjadi tanggung jawab anda. Anda dipaksa untuk memahami keuangan, pajak, legalitas hukum, pemasaran, jual beli, stok gudang, dan manajemen usaha. Semua itu "tumplek blek" ke pundak anda, dan ingat, jika anda memiliki karyawan, maka hidup karyawan itu merupakan tanggung jawab anda, mulai gaji, jobdis, sampai asuransi kesehatannya.
Selama jadi karyawan, anda tidak akan pernah tahu Berapa harga modal produk yang dijual. Bos anda tidak bakal memberitahu, dan setiap bidang selalu dicamkan untuk bekerja sesuai bidang masing2 dan dilarang berbagi informasi dengan bidang lain. Sebagai pengusaha, anda harus tahu berapa harga modal , berapa keuntungan yang ingin di dapat, dan terakhir anda akan mendapatkan harga jual.