Mohon tunggu...
Andi MarcellaCaya
Andi MarcellaCaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Anak Bukanlah Investasi

6 Januari 2025   16:35 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:43 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Dalam kehidupan masyarakat, pandangan yang tidak jarang dijumpai adalah pandangan bahwa anak merupakan seseorang yang dipersiapkan untuk membiayai orang tua di kemudian hari. Orang tua seringkali membangun ekspektasi bahwa ketika mereka tua, anak-anak merekalah yang akan menanggung hidupnya. Anak dianggap sebagai penopang masa tua mereka. Namun, apakah pandangan seperti ini adil bagi anak-anak? Apakah anak-anak memang dilahirkan untuk menjadi “investasi” di masa tua?

Pola Pikir yang Salah

Orang tua seringkali merasa bahwa mereka pantas mendapatkan penyokong kehidupan masa tua dari anak-anak mereka, dengan beralasan mereka telah merawat anak-anak mereka sejak lahir, memberi makan, minum, tempat tinggal, fasilitas, dan kebutuhan mental seperti kasih. Sejak kecil, anak-anak dihadapi dengan angan-angan orang tua bahwa ketika anak-anak telah dewasa, mereka harus “membalas” apa yang sudah orang tua berikan. Orang tua memberikan kata-kata terkait ekspektasi ini, seakan-akan apa yang mereka berikan kepada anak-anak bukanlah bentuk kewajiban mereka sebagai orang tua, melainkan sesuatu yang mereka pinjamkan, sehingga harus dikembalikan. Anak-anak tumbuh untuk dipersiapkan menjadi “sumber daya” yang bisa diandalkan orang tua di kemudian hari. Hal ini tanpa disadari juga berdampak pada tumbuh kembang anak-anak, yang selalu diatur oleh orang tua, tanpa adanya kesempatan untuk mengeksplor apa yang mereka minati.

Hak-Hak Anak Sebagai Individu

Erik Erikson, seorang psikolog ego, mengembangkan suatu teori perkembangan yang populer, di mana beliau mengatakan bahwa kepribadian seseorang berkembang dalam serangkaian tahapan dan dipengaruhi oleh lingkungan serta konflik yang anak-anak hadapi. Lingkungan dan konflik ini bisa mengantarkan anak-anak kepada keberhasilan, atau bahkan sebaliknya, kegagalan. Untuk menghadapi konflik-konfliknya, anak-anak perlu eksplorasi yang luas dan kepercayaan diri yang tinggi. Dengan orang tua yang mengatur segala aspek dalam kehidupan anak tanpa adanya kerjasama atau pertimbangan bersama dapat membatasi kesempatan anak untuk mengeksplor. Anak-anak bukanlah “milik” orang tua yang bisa diperlakukan sesuai keinginan, anak-anak adalah seseorang yang memiliki hak tersendiri. Anak-anak memiliki hak untuk bermain, belajar, dan berkembang tanpa adanya tekanan yang berlebihan dari orang tua. Orang tua harus belajar untuk secara perlahan melepas kontrol mereka terhadap kehidupan anak, agar anak dapat berkembang sesuai dengan tujuannya sendiri. Sebelum memutuskan untuk memiliki anak, orang tua perlu belajar bahwa tujuan mereka adalah untuk membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan dunia berupa konsekuensi yang didapat ketika mereka menjalani kehidupan yang mereka pilih, bukan kehidupan yang orang tua pilih.

Bentuk Bakti Anak Terhadap Orang Tua

Anak dijadikan sebagai “investasi” terjadi ketika orang tua beranggapan bawa bakti anak adalah balas budi atau pembayaran hutang moral keluarga. Pastinya tidak ada yang salah dengan anak yang berbakti kepada orang tua. Dalam banyak ajaran, baik agama maupun budaya, bakti kepada orang tua juga dianggap sebagai salah satu nilai moral yang tertinggi. Namun, perlu dipahami bahwa bentuk bakti tidak serta-merta berbentuk tanggung jawab penuh anak-anak untuk menghidupi kedua orang tuanya di masa depan, bentuk bakti sebenarnya dapat berbentuk prestasi akademis maupun non-akademis yang positif sesuai dengan minat dan bakat anak-anak. Keberhasilan dan kasih sayang yang anak tunjukkan merupakan hasil dari ajaran dan dukungan yang orang tua berikan selama ini dalam proses tumbuh kembang anak.

Usaha Orang Tua

Tentunya menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, menjadi orang tua adalah sebuah pilihan dan tanggung jawab yang besar. Belajar untuk mengontrol kehidupannya sendiri, mulai dari mempersiapkan masa depan dari segi finansial, meningkatkan keterampilan dari segi profesional, hingga membangun relasi sosial yang kuat juga termasuk tanggung jawab besar yang dimiliki orang tua. Dengan persiapan akan masa depan yang matang, akan membantu orang tua agar tidak perlu lagi menggantungkan seluruh harapan dan kehidupan di masa depan kepada anak-anak mereka.

Fenomena anak yang dijadikan sebagai “investasi” menyadarkan bahwa diperlukan adanya pola pikir yang baik. Pola pikir bahwa orang tua tidak hanya memikirkan rencana selama membesarkan anak-anak mereka, namun perencanaan terkait kehidupan ketika anak-anak mereka sudah menjadi milik dunia dan memiliki kehidupan sendiri, perencanaan masa pensiun ada agar orang tua tidak perlu membebankannya kepada anak. Dengan perencanaan orang tua yang panjang dan matang, memungkinkan anak-anak untuk menjalani kehidupan sesuai tujuan mereka tanpa adanya pandangan bahwa nanti mereka wajib untuk “membayar kembali” apa yang telah orang tua mereka berikan selama ini, bentuk kasih sayang dan kepedulian anak terhadap orang tua terjadi bukan karena anak membayar hutang moral mereka, tetapi kasih yang selama ini dicontohkan oleh orang tua. 

Pada akhirnya, memiliki anak berarti siap mendukung anak agar menjadi versi terbaik dari anak itu sendiri, bukan sebagai harapan bahwa nantinya mereka akan memberikan “bayaran” ketika telah dewasa. Jika ingin melihat generasi masa depan yang optimal berdasarkan teori Erik Erikson, maka orang tua perlu memulai dari langkah kecil untuk memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengeksplorasi apa yang menjadi minat anak itu sendiri tanpa adanya beban berat yang diberikan oleh orang tua. Dengan demikian, akan tercipta generasi di masa depan yang dikelilingi lingkungan keluarga yang suportif, kondusif, dan berkembang secara harmonis bersama-sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun