Mohon tunggu...
Andi Akhmad Yusuf
Andi Akhmad Yusuf Mohon Tunggu... profesional -

profesi jurnalistik sejati dengan terus menyuarakan keadilan dan kebenaran\r\nWartawan Koran Indonesia Pos\r\nTerbit terbit sejak 1968. satu satunya\r\nkoran tertua di Sulsel....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dilema Wartawan Daerah

12 Januari 2014   04:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesempatan untuk menjadi jurnalist yang bertugas didaerah disebabkan kran kebebasan pers sejak tahun 1999, berbagai media cetak yang bermunculan dan membuka peluang akses pemasaran serta pemberitaan diberbagai daerah ditanah air.

Namun pada kenyataan banyaknya oknum memanfaatkan profesi wartawan dijadikan batu loncatan untuk mengapai keinginannya. serta adanya oknum wartawan juga menjadi anggota LSM, begitu juga adanya oknum preman, tukang ojek, buruh bangunan, yang kita ketahui Skill mereka tidak layak menjadi wartawan sebab Preman,tukang ojek,tukang / buruh bangunan mereka hampir rata rata tidak memiliki latar belakang pendidikan sehingga tidak jarang dalam melakukan tugas jurnalistik terkesan tidak profesional dan meresahkan kalangan pejabat serta para kepala SKPD serta lingkup penyelenggara pendidikan.

keluhan berbagai pejabat daerah, pimpinan SKPD,para kepala sekolah, kepala desa,camat dan lurah terkait oknum mengaku wartawan  sering melakukan tindakan tindakan memeras terlebih mengancam kalau tidak diberikan "Rupiah" maka diancam untuk dilaporkan atau diberitakan. Kalau ada pejabat daerah atau pimpinan SKPD,Kepala sekolah, Kepala desa, lurah/camat yang dinilai melakukan pelanggaran maka menjadi makanan empuk bagi oknum mengaku wartawan tersebut.

Dengan adanya sosialisasi yang di selenggarakan baik Dewan pers, organisasi wartawan, PWI, Aji dan organisasi wartawan Lokal membuat peran oknum wartawan gadungan tersebut mulai hilang dengan sendirinya. dan pemahaman peran pers pun sudah sangat dimengerti oleh kalangan pejabat dan kepala SKPD,kepala desa, camat dan lurah serta para penyelenggara pendidikan sehingga kedatangan wartawan pun tidak dinilai sebagai pembawa masalah tapi sebagai pencari informasi karena peranannya dinilai untuk memberikan informasi kepada masyarakat seluas luasnya.

sejak kedatangan saya berkunjung ke mamuju utara tahun 2007 lalu dan saat itu masih dibawah kepemimpinan Bupati Matra H.Abdullah rasyid dan wakil Bupati Matra H.Agus Ambo Djiwa sekarang menjadi Bupati Mamuju Utara Periode 2010-2015. Saat kunjungan peliputan di Mamuju Utara saat itu ada kegiatan pemilihan ketua kerukunan keluarga Pinrang dan H.abdullah rasyid terpilih menjadi ketua dan dilantik oleh Bupati Pinrang saat itu H.M.Nawir.

Mamuju utara saat itu memang krisis listrik hanya berfungsi pada jam 18.00 hingga pukul 02.00 dini hari, belum lagi soal infrastruktur jalan yang menghubungkan kota mamuju provinsi sulawesi barat sangat menyedihkan. dan bahkan kata orang tak berani melakukan perjalanan malam hari karena sering terjadi perampokan di tengah jalan. saat itu saya bersama teman teman akan pulang ke Mamuju, teman berpesan tunggu pagi aaja baru diteruskan perjalanan. namun saya tetap memberanikan diri menerobos kegelapan malam ditengan perkebunan sawit dan akhirnya saya tiba di Mamuju pukul 04.00 pagi.

Lalu saya kembali ke Kalimantan timur kota bontang melalui pelabuhan simboro mamuju ke pelabuhan kampung baru di kota balikpapan. saat itu juga saya teruskan perjalanan ke kota bontang. Saya meninggalkan kota bontang saat itu karena ingin ikut istri ke Jawa timur tepatnya di kabupaten jember tahun 1998, Padahal saya telah merintis dan mempunyai banyak relasi di kota bontang saat itu. Dikota Jember saya coba mulai dari Nol lagi, dan baru mendapat dua relasi pertama kepala desaku dan kepala UPTD dinas pendidikan, melihat situasi persaingan media cetak di Jawa timur sangat sulit untuk berkembang maka saya pikir lebih baik kembali ke makassar.

saat berada diMakassar saya bertemu dengan teman lama Agus salim waktu itu sama sama di koran Obor bangsa, kamipun sering keluar bersama sama melakukaan peliputan. Tapi buat saya kota makassar bukanlah tempat untuk mengembangkan profesi sebab sudah ratusan pekerja pers di Makassar, maka saya coba dikampung sendiri yaitu Kabupaten soppeng. Awalnya susah sekali mencari relasi dikampung sendiri tapi setelah para pejabat SKPD,lembaga pendidikan, kepala desa, lurah dan camat mengetahui kalau saya punya status keluarga besar di kabupaten soppeng, namaku pun mulai dikenal dan hampir rata rata menjadi relasiku. Dikarenakan hampir rata rata keluarga dilingkup pejabat dikabupaten soppeng maka saya pun berpikir cari tempat lain untuk berkarya.

Saya kembali berkunjung ke mamuju provinsi sulawesi barat tahun 2009, setelah relasi berkembang dimamuju saya pun mengembangkan sirkulasi pemasaran dan pemberitaan di kabupaten mamuju utara tahun 2010 lalu. Awalnya saya di mamuju utara banyak melakukan peliputan di Desa desa atau pelosok kota pasangkayu. Dari informasi informasi dari bawah hingga saya kembangkan di kota kabupaten tahun 2011 mulai berkedudukan di kota pasangkayu.

Setelah berkedudukan dikota pasangkayu sebagai wartawan daerah kami pun membentuk sebuah wadah bernama Forum wartawan Mamuju utara yang disingkat "Format". dan sayapun merasa mencintai daerah ini sehingga timbul keinginan untuk menetap dan menjadi warga mamuju utara. Dan akhirnya sayapun mendapatkan jodoh di daerah ini tahun 2012 lalu. dan saya sangat bersyukur kalau hasil karya jurnalistik yang sajikan mendapatkan simapati kalangan pembaca di kabupaten Mamuju utara. dari langganan tetap 256 dan tidak tetap 117 membuat akses pemasaran pun berjalan dengan baik. karena saya sudah memiliki kurang lebih 400 pembaca tetap. penghasilan pun bersih 4juta pertriwulan dan penghasilan lain lain 1.000.000 perbulannya.

saya sangat bangga pada lingkup pejabat dimamuju utara yang simpati dengan profesi wartawan dan tidak menjadikan wartawan sebagai musuh tapi melainkan sebagai mitra kerja. kehidupan media cetak pun mulai berkembang pesat di kabupaten mamuju utara sehingga saya bersama teman teman mendirikan media cetak berupa Taabloid Pemburu kasus dan akan mendirikan lagi media Tabloid desaku smart yang akan naik cetak dalam waaktu dekat ini. karena akses pembaca yang telah kita kuasai sedangkan media Harian hanya terpokus di kota kabupaten saja. sehingga akses pemasaran di 12 kecamatan, 59 desa dan 4 kelurah 400 sekolah adalah target pemasaran kami. saya sangat berharap eksistensi media ini hanya terletak pada pembaca yang budiman, kalau media kami ditinggalkan pembaca maka media ini akan mati karena ditinggal pembacanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun