Mohon tunggu...
Andi Akhmad Yusuf
Andi Akhmad Yusuf Mohon Tunggu... profesional -

profesi jurnalistik sejati dengan terus menyuarakan keadilan dan kebenaran\r\nWartawan Koran Indonesia Pos\r\nTerbit terbit sejak 1968. satu satunya\r\nkoran tertua di Sulsel....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Disaat Pena Wartawan Mulai Tumpul,Kemunafikan Pasang Aksi

2 Mei 2014   09:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Manusia berupaya Mencari Jabatan walau Nilai Jabatan itu Harganya Mencapai Puluhan hingga Ratusan Juta Rupiah. Namun siapa bisa memberikan jaminan kalau oknum ini kemudian Hari Saat duduk di Jabatannya tidak melakukan tindakan korupsi.

Belum lagi yang berjuang menjadi Tim Sukses pada saat Pilkada, setelah pasangan terpilih duduk menjadi pemimpin rakyat mendapatkan jatah layaknya pembagian bonus kepada Tim sukses sebagai tanda terima kasih. negeri sejuta dollar merupakan impian masyarakat agar dapatkan kesejahteraan namun hal itu merupakan sebuah mimpi.

Pemerintah dinegeri sejuta dollar ini tidak ingin disoroti kinerjanya terlebih dengan bawahannya sehingga mengumpulkan semua wartawan agar pena wartawan yang dulunya pedas kini bisa manis atau tumpul sama sekali. dikarenakan "Keuangan Yang Maha Kuasa dan Bukan Lagi Ketuhanan Yang maha Kuasa". Semua bisa dibeli dengan uang, jangankan pena wartawan yang menjadi sosial kontrol, Palu Hakim yang dapat memutuskan sebuah perkara bisa di beli, sebab timbangan kejaksaan pun bisa lebih berat kejahatan dibanding dengan kebenaran.

Semua Insan Pers bisa mengatakan saya ini berani menyuarakan keadilan dan kebenaran tapi setelah mengenal namanya negeri sejuta dollar, maka suaranya pun mulai tidak lagi memihak kebenaran dan keadilan tapi memihak kepada yang punya kekauasaan Uang.

masyarakat yang haus dengan kebenaran dan keadilan hanya di hayalan saja sebab para penegak hukum dan oknum insan pers yang awalnya menjalankan perannya sebagai sosial kontrol berbalik melakukan peran kemitraan sehingga jati diri sebagai insan pers jatuh dan tidak ternilai karena pesona negeri sejuta dollar yang telah memberikan kehidupan yang layak.

Apa kata dunia !!! kalau insan pers yang satu satunya dipercaya oleh rakyat membawa suara keadilan dan kebenaran terbalik tidak lagi memihak pada rakyat tapi lebih memihak pada penguasa pemimpin negeri sejuta dollar. maka yang akan keluar dari suara rakyat adalah kemunafikan yang selalu pasang aksi dihadapan rakyat kalau dirinya itu bisa membawa kepentingan rakyat, tapi setelah di lihat dan dibaca medianya oleh rakyat yang ada hanya "serimonial" atau berita kinerja aparat, peningkatan pembangunan namun penindasan atau persoalan yang terjadi ditengah rakyat disepelekan. Alasanya karena Rakyat tak dapat memberikan "Uang" atau "Kehidupan" kepada insan pers.

terlebih dengan kasus korupsi yang melibatkan PNS namun tidak diberikan sanksi kepada penguasa negeri sejuta dollar dan hanya meminta pihak penegak hukum melepaskan bawahannya yang berstatus PNS, yang jadi korban adalah kontraktornya padahal pembuat kebijakan atau pejabat pembuat komitmen tidak tersentuh dengan hukum walau sempat di masukkan penjara sekian bulan namun sanksi PNS nya tidak dicopot sehingga menimbulkan persepsi ditengah masyarakat kalau hukum dinegeri ini hanya berlaku pada rakyat kecil dan tidak berlaku bagi para pejabat.

Kalau kejahatan yang lebih berkuasa dari pada keadilan dan kebenaran,kemana lagi rakyat kecil menaruh harapan tentang penegakan hukum di negeri sejuta dollar tersebut. kasihan rakyat kecil selalu menjadi korban kemunafikan dari oknum oknum pelaku kejahatan kelas tinggi yang tidak dapat tersentuh dengan hukum sebab supermasi hukum dinegeri sejuta dollar tidak berlaku sama sekali, karena pada perinsipnya "kalau Ada Uang habis Perkara itulah KUHAP yang bukan lagi Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana" sungguh luar biasa negeri sejuta dollar........???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun