Era refomasi memang satu sisi membawa kita pada kegembiraan. Kita tidak menemukan lagi ketakutan mengemukakan pendapat. Kita tak punya kekawatiran media akan dibredel karena menyuarakan sesuatu. Kita tak punya larangan lagi untuk memakai jilbab atau atribut agama lainnya.
Anak sekolah juga begitu. Mereka bisa mengenakan jilbab atau tidak untuk ke sekolah. Beberapa sekolah Islam menjadi idola bagi banyak orang untuk menyekolahkan anaknya. Bagi anak-anak keturunan Tionghoa juga tidak perlu lagi mengurus surat tertentu yang sebenarnya memang tidak perlu. Mereka semua lahir dan besar di Indonesia.
Di balik euphoria reformasi itu, ada sisi gelap yaitu tumbuhnya ideologi tertentu di masyarakat. Mereka masuk melalui bidang-bidang tertentu dan kini tumbuh di masyarakat. Kadang mereka memperkuat ideologi itu dengan menakuti-nakuti bahwa komunisme di depan mata.
Atas nama demokrasi mereka menyuarakan itu di banyak media; baik terbuka maupun di kelompok-kelompok privat. Kita bisa melihat di media-media sosial mereka menyuarakan itu hingga pada kontestasi Pilpres 214 dan 2019, kita menemukan narasi-narasi soal PKI yang dilekatkan ke calon presiden (waktu itu)
Ceramah agama di televisi dan di lingkungan eksklusif juga bernada sama. Mereka menyerukan ekstrem kiri dan bahaya-bahayanya. Mereka juga menjelek-jeleknya falsafah Pancasila yang menjadi landasan kita selama ini. Dan ingin menggantinya dengan falsafah berdasar agama. Â Bahkan ada beberapa terror yang dilakukan dan ditengarai sudah dipengaruhi doktrin radikalisme. Target mereka : aparat, symbol negara dan symbol agama (lain)
Aparat dan simbol negara diserang karena menganggap negara adalah thagut (kafir) dan Pancasila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Atas dasar ini mereka seringkali menyerang bahkan tidak segan melakukan bom bunuh diri karena faham dan keyakinan ini. Mungkin kita ingat pelaku bom bunuh diri di Sarinah Thamrin yang selain menyerang sebuah kafe shop global, juga menyerang pos polisi yang berada di seberang kafe tersebut.
Itulah faham ekstrem kanan yang berkedok agama yang harus diwaspadai. Sehingga bukan saja ideologi ekstrem kiri yang harus diwaspadai. Era reformasi yang sudah mencapai dua decade , seharusnya kita memperkuat Pancasila sebagai falsafah kebangsaan kita; yang telah nyata bisa menjadi perekat bagi bangsa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H