Sekitar dua tahun lagi kita berhadapan dengan dekade dimana Negara kita menghadapi bonus demografi. Sekitar 34 % dari kita adalah millennials dari sekitar 265 juta penduduk Indoensia. Akan mencapai puncak di 2025-2027.
Di dekade itu umur Negara kita mencapai 80-82 tahun sejak kemerdekaannya pada 1945. Umur itu adalah umur yang relative muda dalam konteks bernegara karena banyak kerajaan di masa lalu dan beberapa Negara lain mampu mencapai usia ratusan tahun. Tentu kita ingat Amerika Serikat atau kerajaan Majapahit di masa lalu.
Di sisi lain, mungkin ada kekuatiran di benak jika para generasi muda kini dan yang akan datang tidak bisa lagi empatif terhadap perjuangan para pahlawan bangsa yang sudah berkorban mati-matian untuk mencapai kemerdekaan seutuhnya. Kita juga harus ingat pengorbanan jutaan rakyat yang menjadi korban perang mempertahankan kemerdekaan kita.
Kita ingat momentum Agresi Belanda I dan Agresi Belanda II. Dimana agresi itu terjadi karena Belanda yang pernah menjajah Indonesia, tidak mengindahkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.Â
Itu menimbulkan kemarahan dari banyak Negara , sehingga diadakanlah Konferensi Meja Bundar . Dan akhirnya Indoensia diakui oleh Belanda. Momentum Agresi Belanda II dan pembentukan Negara Darurat RI yang berkedudukan di Bukittinggi, tetap kita kenang sebagai hari Bela Negara. Bertepatan dengan saat Belanda melakukan Agresi II yaitu tgl 19 Desember.
Sekarang, di saat tantangan bangsa berbeda maka medan "pertempuran" pun berbeda. Bukan lagi bertempur dengan senjata dan kemudian banyak korban atau sedikit korban.
"Medan pertempuran" kekinian lebih sulit. Karena musuhnya tidak lagi bersifat fisik saja tapi campuran : ada yang fisik ada yang intelektual Misalnya persaingan ekonomi, persaingan intelektual, persaingan kreativitas, persaingan prestasi olahraga dll.
Kita punya produk A . Negara lain punya produk B. Bila disejajarkan produk A jauh lebih mahal dibanding produk B. Sebagai pejuang kekinian kita harus memutar otak bagaimana menghasilkan produk dengan standar mutu yang sama tapi bisa lebih murah. Atau mencari solusi yang paling bijak agar prduk kita itu bisa diterima oleh pasar global , semisal mengedukasi konsumen.
Hal yang paling mencolok dari kita adalah prduk ojek yang mulai dikenal di pasar regional. Ada yang merupakan produk local ada yang dari Negara tetangga. Ada banyak orang menyukai prduct local ada yang menyukai product tetangga.
Itu sama sekali tak mudah. Inilah tantangan kita sebagai masyarakat millennial. Selalu memutar otak untuk mendapatkan solusi bijaksana untuk memecahkannya. Ini berlaku juga di bidang-bidang lainnya, termasuk hal-hal yang menyangkut kreativitas kita
Itulah medan bela Negara kekinian kita sekarang. Medan pertempuran yang benar-benar menguji ketangguhan kita.