"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam keseluruhan...," Demikian Allah memerintahkan kita dalam Q.S. Al-Baqarah: 208. Dalam tafsir Ibnu Katsir ayat ini diterjemahkan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya agar berpegang kepada tali Islam dan semua syariatnya serta mengamalkan semua perintahnya dan meninggalkan semua larangannya dengan segala kemampuan yang dimiliki. Untuk melaksanakan hal ini tentu kita harus memiliki pemahaman akan Islam secara benar.
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW sebagai penutup sekaligus penyempurna agama-agama yang sebelumnya. Menjalankan Islam secara kaffah (keseluruhan) adalah  pemaknaan dan perwujudan Islam yang menyeluruh dalam nilai-nilai dan prinsip-prinsip, seperti keadilan (an-Nahl: 90; an-Nisa: 58), perdamaian (al-Anfal: 61), keamanan (al-Nur: 55), kesejahteraan (an-Nisa: 9), bukan semata-mata dalam bentuk lahiriah, formal, atau aspek-aspek instrumental yang bisa berubah sesuai perkembangan waktu dan tempat.
Ironisnya, masih ada pihak yang mengklaim diri sebagai golongan yang menjalankan Islam secara kaffah (keseluruhan) dengan  tindakan menyesat-nyesatkan golongan lain yang berbeda pemahamannya atau berbeda strategi perjuangannya. Tak jarang mereka menggunakan aksi kekerasan untuk memaksakan orang lain agar mengikuti pemahamannya. Data menyebutkan sepanjang tahun 2017 Kepolisian Republik Indonesia mengamankan sebanyak 172 orang terorisme yang berdalih  melakukan jihad (berjuang) untuk agama Islam.
Benarkah tindakan ini? Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH. KH Said Aqil Siroj, mengatakan bahwa aksi teorisme yang terjadi di sejumlah negara dan termasuk di Indonesia adalah bentuk kesesatan pemahaman dalam beragama. Tentu kita setuju dalam hal ini karena Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin. Sebagai umat muslim harusnya kita menyebarkan kasih sayang terhadap semua makhluk yang ada di semesta alam.
Aksi radikalisme dan terorisme tidak boleh lagi dilakukan dengan mengatas namakan berjuang untuk Islam. Karenya sudah menjadi tugas kita bersama untuk menguatkan pemahaman pada diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar bahwa Islam adalah agama pembawa rahmat yang damai. Menjalankan Islam secara keseluruhan berarti berusaha memperbaiki hubungan dengan Allah (Hablun min Allah) dan hubungan dengan manusia (Hablun min An-Nas). Dalam konteks hubungan dengan Allah, akidah haruslah dipegang kuat bahwa Allah yang Esa dan tidak dapt diganggu gugat, tidak ada toleransi untuk hal ini. Bagiku agamaku, bagimu agama.Â
Sedangkan dalam hubungannya dengan manusia, kita harus menumbuh suburkan Islam yang inklusif, Islam yang toleran terhadap perbedaan. Kita harus kembali kepada pemahaman bahwa kita diciptakan memang berbeda untuk li ta'arafu (saling mengenal).
Sekali lagi, perlu adanya soft approach (pendekatan lunak) dalam bentuk pemahaman agama Islam secara benar kepada seluruh umat Islam, terutama bagi anak-anak usia dini agar tidak ada lagi aksi radikalisme dan terorisme yang dapat merusak wajah Islam itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H