Mohon tunggu...
Andi Kayla Ardani
Andi Kayla Ardani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diabetes Anak Meningkat 700, Mari Ketahui Faktanya!

13 Desember 2023   19:23 Diperbarui: 13 Desember 2023   19:56 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Diabetes telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan menjadi penyebab dari angka kesakitan dan kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2021, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa 537 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun atau 1 dari 10 orang hidup dengan diabetes di seluruh dunia. Diabetes ini juga menyebabkan 6,7 juta kematian yang berarti dalam 5 detik terdapat 1 orang yang meninggal karena diabetes. Indonesia sendiri, menduduki peringkat kelima dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 19,47 juta. Prevalensi penyakit diabetes di Indonesia ini sebesar 10,6%. Mirisnya, penyakit diabetes ini tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja, tetapi juga anak-anak dan remaja. Mengutip data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menyebutkan bahwa angka kejadian DM pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan 700% selama jangka waktu 10 tahun. 

Faktor penyebab kenaikan diabetes melibatkan interaksi berbagai elemen, termasuk gaya hidup dan faktor genetik. Diabetes melitus (DM) tipe-1, misalnya, dipengaruhi oleh kecenderungan genetik, faktor lingkungan, sistem imun, dan peran sel pankreas yang masih belum sepenuhnya dipahami dalam proses DM tipe-1. Sebaliknya, DM tipe-2 erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti kelebihan berat badan, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak seimbang, dan kebiasaan merokok. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat bahwa sekitar 18,8% anak usia 5-12 tahun mengalami kelebihan berat badan, sementara 10,8% menderita obesitas sebagai faktor risiko utama DM tipe-2.

 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengeluarkan suatu data penelitian yang dilakukan sampai Januari 2023 yang menyatakan bahwa prevalensi kasus diabetes anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023. Kasus diabetes anak mencapai 2 per 100.000 jiwa pada Januari 2023. Kasus diabetes anak yang ditemukan diklasifikan menjadi diabetes tipe 1 dan tipe 2. Di mana, mayoritas anak-anak yang terkena diabetes merupakan jenis tipe 1, sedangkan anak dengan diabetes tipe 2 hanya sekitar 5-10% dari total kasus diabetes anak. Kasus diabetes anak ini tersebar di 13 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Semarang, Yogyakarta, Solo, Denpasar, Palembang, Padang, Medan, Makassar, dan Manado. Berdasarkan jenis kelamin, mayoritas anak yang terkena diabetes adalah perempuan yaitu sekitar 60% dengan rentang usia 10-14 tahun. 

Sebenarnya ada banyak pendapat  penyebab terjadinya  diabetes pada anak seperti adanya gangguan sindrom metabolik yang diawali dengan kelebihan berat badan yang mengakibatkan resistensi insulin. Disamping itu, pola makan dan aktivitas anak seperti jajanan anak kekinian yang tidak jelas mengenai nilai gizi atau nutrisinya. Seperti minuman soda, minuman boba dengan kadar gula yang tinggi, dan jajanan lainnya yang bisa jadi mengandung tinggi gula atau bahan bakunya adalah tepung terigu yang memiliki indeks glikemik dan kalorinya tinggi. Apabila kondisi ini tidak diatasi, maka generasi mendatang di Indonesia berpotensi mengalami tingkat penyakit yang tinggi, yang akan berdampak negatif pada produktivitas bangsa dan tingkat kesejahteraan negara di masa depan. Jadi, diabetes melitus pada anak itu nyata dan wajib kita cegah sebelum terlambat. 

Pencegahan diabetes tipe-2 pada anak melibatkan perubahan gaya hidup yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya menjaga berat badan ideal termanifestasi dalam upaya mengurangi berat badan berlebih sekitar 5-10%, dengan menerapkan diet kalori rendah dan rendah lemak. Peningkatan asupan buah dan sayur secara rutin menjadi kunci untuk mengurangi risiko diabetes tipe-2. Selain itu, mengurangi atau menghindari minuman manis dan bersoda serta menggantinya dengan alternatif sehat turut berkontribusi. Selain itu, olahraga memiliki peran vital, dengan mengajak anak berolahraga setidaknya 30 menit per hari untuk mencapai berat badan ideal, menurunkan kadar gula darah, dan meningkatkan insulin. Pentingnya aktivitas fisik juga tercermin dalam pembatasan waktu penggunaan gadget, mendorong anak untuk lebih aktif bergerak. 

Adopsi pola makan sehat, penekanan pada aktivitas fisik yang menyenangkan, dan penghindaran kebiasaan merokok menjadi elemen kunci dalam merespons risiko diabetes tipe-2. Jangan lupa untuk selalu melakukan pemeriksaan kesehatan berkala. Hal ini menjadi prasyarat penting untuk memantau kondisi kesehatan anak dan mendeteksi potensi risiko diabetes secara dini. Patuh pada arahan dokter mengenai diet yang sesuai, terutama dalam konteks risiko keluarga, memberikan panduan khusus dalam mengelola risiko diabetes tipe-2 pada anak. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orang tua dapat berperan aktif dalam menjaga kesehatan anak dan mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe-2 pada masa mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun