Mohon tunggu...
Andi Kamal M. Sallo
Andi Kamal M. Sallo Mohon Tunggu... Dosen - Institut Kesehatan dan Bisnis ST. Fatimah Mamuju

Keistimewaan dari sebuah kehidupan adalah menjadi dirimu sendiri... -Joseph Campbell

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kepompong PMII FKM UMI

8 Januari 2017   06:23 Diperbarui: 8 Januari 2017   07:08 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi Pribadi

Keberadaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Rayon Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia (UMI) cabang Makassar, lahir ditengah-tengah masyarakat diharapkan mampu menjawab tantangan zaman khususnya dalam ranah pendidikan kesehatan di Indonesia. Menurut hemat penulis, salah satu syarat bangsa indonesia maju dan sejahtera pada dasarnya berangkat dari kesadaran masyarakat untuk hidup sehat karena kesehatan juga merupakan salah satu modal manusia (human capital) dalam pandangan Michael Armstrong.

Beberapa tahun silam PMII FKM UMI pernah mengalami masa dimana proses kaderisasi terhenti sehingga generasi PMII di FKM UMI tidak berkelanjutan (Mati Suri), dan sejak tahun 2014 si biru kuning (PMII) berkibar kembali ditangan kepemimpinan sahabat Julkarnain Razak (ketua rayon periode 2014-2016) yang dibantu beberapa anggota sekaligus merangkap sebagai pengurus rayon, tentunya juga memiliki hasrat kuat untuk menjalankan roda organisasi dan terbukti konsisten melakukan proses perekrutan kader yang kemudian biasanya disebut pengkaderan.

Pengkaderan di PMII FKM UMI bukan hal yang enteng, perlu penyeleksian yang ketat untuk bisa diterima, pertama tes wawancara bagi calon peserta dan yang kedua mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) selama kurang lebih tiga hari, jd semua rangkaian proses ini harus di ikuti oleh peserta agar bisa diterima bergabung di PMII FKM UMI.

Tidak bisa dipungkiri perkembangan PMII FKM UMI sangat pesat dimana semua kader militan berkomitmen membesarkan PMII di FKM UMI mengigat sudah dua tahun masa kepengurusan kepemimpinan sahabat Julkarnain Rajak sehinga perlunya pergantian ketua utuk memutar roda orgnisasi jadi pada saat itu semua pengurus PMII FKM UMI berunding untuk menentukan pelaksanaan Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR).

Tepatnya Tanggal 18 Desember lalu pelaksanaan RTAR PMII FKM UMI dan terpililah sahabat Muh. Dasrifal sebagai ketua umum PMII FKM UMI Periode 2016-2017, Harapannya semoga di kepengurusan sahabat Ifal PMII FKM UMI 2 kali tambah baik, jikalau Melihat ketua sebelumnya mampu membangun Rayon di FKM UMI maka ia harus siap membesarkan dan mengawal PMII FKM UMI kedepanya.

Jalinan persahabatan yang begitu sangat kental terasa sahabat dan sahabatwati PMII Rayon FKM UMI, tak ubah seperti Kepompong dalam lirik lagu anak-anak yang pernah populer di Indonesia. Persahabatan itu ibarat sebuah Kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Disini kita dapat lihat ada tiga elemen yang terkandung pada proses tersebut yaitu Ulat, Kepompong dan Kupu-kupu. Hal ini menunjukan bahwa kita mengacu pada metamorfosis kupu-kupu.

Metamorfosis adalah suatu proses biologis yang mana hewan tersebut secara fisik mengalami perkembangan biologis setelah dilahirkan atau menetas. Pertama kali kupu-kupu akan bertelur kemudian Telur menjadi ulat setelah membesar dan memanjang, ia akan menjadi kepompong dan pada waktunya akan keluar seekor kupu-kupu cantik. Tidak lama kemudia ia akan tumbuh menjadi kupu-kupu dewasa.

Seseorang yang merasa tidak berarti dan tidak berguna akan merasa lebih berguna dan berarti jika telah ber-PMII karena di PMII semua ada tinggal kita yang menggalinya, di PMII ada sahabat atau sahabatwati yang selalu memberikan suportdandukungan dalam segala aspek kehidupan. Inilah arti dari kata kepompong yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu.

Belajar filosofi Kepompong, hal ini semakin menguatkan  asumsi bahwa untuk membangun sinergitas gerakan ber-PMII yang ber-Ideologi Ahlu Sunnah Wal Jamaah (ASWAJA) dalam menghadapi tantangan apalagi tantangan yang datang dari kaum yang memiliki fanatisme sempit dan fundamentalisme. Menurut Gus Dur, itu semua harus dihadapi dengan cinta. Kekerasan tidak bisa dilawan dengan kekerasan karena ia hanya akan melahirkan lingkaran kekerasan. Untuk mewujudkan perdamaian, cinta adalah dasar dari nilai-nilai kemanusian dan humanisme universal. Salam cinta menuju peradaban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun