Mohon tunggu...
Andika D.H.
Andika D.H. Mohon Tunggu... -

Peserta terakhir soal asmara. Tinggal di gubuk kata tempat pemuda bernostalgia.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Ibu

12 April 2015   21:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu

Dikala aku duduk di depanmu
Minuman apa yang kau mau
Benang apa yang kau rindukan
Banyak hutan yang belum kulalui
Seperti rimbun pohon jambu
Yang kau pinta selalu saat sakit kuderita

Adakah kau pinta dosa-dosaku
Adakah kau menggantikan sholatku yang tertinggal
Adakah kau usap bulir matamu, ibu.

Ibu,
Di mana tempatku nanti
Tak sejengkalpun aku menuntutmu
Kau bukan bidadari berselendang emas
Tapi aku tahu, kau ibu penuntunku
Pembuka cakrawala hidupku

Bila mana aku terluka, kau merasakan pula
Bila mana kau terluka, aku tuli dan buta

Ibu,
Aku rindu keluhmu
Di mana kau tanam letihmu
Naluriku tak sanggup temukan
Sakitmu yang tajam

Sipa lagi yang kubanggakan
Kalau bukan engkau ibu,
Kanan kiri menuntutku
Mengobral dengki dan iri

Ibu,
Di kala aku duduk di depanmu
Kupinta doa bukan tangismu


24/2/2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun