Mohon tunggu...
Andika dika
Andika dika Mohon Tunggu... -

pengamat media

Selanjutnya

Tutup

Politik

Model Pertarungan Politik 2014

24 Desember 2013   08:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:33 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Trend politik selalu mengalami dinamika. Dinamika ini membuat strategi dan paradigma politik juga berubah. Seiring dengan perkembangan masa ke masa maka trend atau gaya berpolitikpun sudah seharusnya mengalami modifikasi. Namun ada juga yang bertahan dengan prinsip dan ideology dasar atas gerak dan paradigm atau bahkan mengkolaborasikannya menjadi satu kesatuan agar trend politik yang dinamis itu tidak lantas membuat arus politik jadi salah arah.

Kesalahan arah adalah disebabkan tak adanya grand disain dalam hal apa yang akan diraih. Grand disain ini juga berdasar pada banyaknya targetan-targetan yang akan di mainkan. Namun kadang, grand disian bisa berubah disaat adanya benturan kepentingan politik. Benturan politik ini dihadapkan oleh lawan politik yang sudah mulai mengambil tindakan. Tak ayal, lompatan-lompatan politik tak bisa di elakan. Meski itu adalah targetan akhir.

Periode politik 2014 adalah periode penentuan. Artinya dalam pertarungan politik 2014 mendatang adalah puncak atas pemanasan – pemanasan yang telah dilakukan dua tahun terakhir. Dari banyaknya pertentangan-pertentangan yang datang, trend politik terus saja berubah. Sementara pertarungan politik 2014 semakin di depan mata.

Masing-masing partai politik mulai bertindak. Pelan tapi pasti mereka mulai mengeluarkan taktik dan strategi, tak hanya itu mereka juga mulai melakukan tindakan yang di luar dugaan. Maka tak ada kawan sejati dalam politik agaknya menjadi prinsip awal politik dominan dua tahun terakhir.

Banyaknya kasus-kasus korupsi yang muncul kepermukaan yang walau terkesan dipaksakan, mulai tampak. Kasus ini membarangus tokoh dan partai itu. sehingga perhatian public terhadap sorotan partai politik menjadi negative. Namun tak ada yang menjamin dengan kasus ini akan mempengaruhi tingkat pemilih pada partai politik. Selalu bisa dibuktikan, setiap era politik, meskipun partai itu terbilang terpuruk dalam skandal kasusnya, namun dalam pemilihan politik malah justru diunggulkan.

Fenomena seperti ini adalah wajar. Karena tren politik selalu berubah. Partai politik bisa saja tertipu dengan kans politiknya, partai politik juga mungkin terlena dengan tingkat elektabillitas yang justru menenggelamkannya. Sehingga mereka justru terjebak dalam pertarungan politik.

Harusnya mereka partai politik menyadari hal ini, sesungguhnya bangunan rekayasa sudah dirancang sejak jauh-jauh hari. Betapa mereka menyadari pertarungan politik 2014 adalah puncak atas pertarungan. Sekaligus bukti atas tingkat elektabilitas yang mereka kagumi itu.

Percaya atau tidak pertarungan politik 2014 adalah pertarungan yang berbeda dari dua musim pemilu yang lalu, politik 2004 dan 2009 tak ada yang berbeda namun 2014 pertarungan menjadi sengit atas dasar dan pola yang yang mereka sadari atau tidak saat ini.

Maka tren politik pemilu 2014 mendatang ada 12 partai politik yang akan bertarung dalam ajang politik itu. Terlepas dari perdebatan 20 persen dalam perwakilannya atau terlepas dari undang-undangan pemilihan langsung kepala daerah. Maka pertarungan sebenarnya adalah satu lawan satu.

Model pertarungan

Dalam hal ini barangkali trend politik 2014 ada beberapa model politik untuk mengantisipasi hal-hal di atas di antaranya yakni, model politik modern, konvesional dan religius. Ketiga model ini melekat dalam dasar dan paradigm partai politik, kader dan pengurus inti dalam partai politik. Atas dasar ini mereka menyakini bahwa pola ini akan menarik simpati atas golongan dan target konstituen yang bakal mereka raih.

Politik model modern.

Politik model ini menyakini semua yang berlaku adalah atas dasar kepentingan politik. Karakter yang ditujukan adalah karakter positif dan optimisme. Dalam menjalankan azasnya lebih melihat dinamisasi atas era yang terjadi. Periodisasi politik telah mengajarkan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Lebih bersikap terbuka dalam melihat problematika tak terbatas atas azas praduga, apalagi justifikasi. Pola ini mewakili kehendak konstituen.

Namun dari politik agaknya mulai melepaskan karakteristik dasar politik ini. Tak lagi mereka menyakini semua yang adalah kebijakan yang mutlak, lebih memilih cara baru dan tidak saklek dasar organisasi.

Putusan politik selalu dikaitkan dengan trend survey. Dari sini mereka melihat sejauh mana elektabilitas. Sehingga terkadang mencari kans yang tepat setiap tindakan dan pergerakan.

Politik model konvesional.

Politik berpijak atas dasar elegan dan fleksibilitas politik. Dalam satu titik perlu di libatkan diskusi yang panjang atas dasar penetuan tindakan politik. Jika tidak ditemukan tindakan, maka, bisa jadi mereka malah berpatokan atas dasar prinsip awal. Namun tak pernah melepaskan diri dari prinsip kemenangan.

Mengendepankan prinsip traksasional. Memaksakan kehendak konstituen kadang menjadi langkah yang diambil. Memahami karakter politik adalah kehendak partai politik, namun tetap yakin atas suara rakyat.

Politik model religius

Model ini ekslusif. Membatasi diri atas apa yang terjadi. Setiap tindakan dan kebijakan selalu berpijak atas dasar ideology dan prinsip agama atau kepercayaan. Jika tidak sesuai maka akan dicari celah lain untuk mendapatkan posisi yang positif dalam masyarat.

Tak jarang terjebak dalam medan kamuplase dan menekankan diri pada kewibawaan partai. Menyakni bahwa dengan jalan ini adalah jalan mutlak untuk meraih kemenangan.

Penutup

Dinamisasi adalah hal yang tidak bisa dipungkiri. Tren politik akan selalu berubah. Dan pertarungan politik 2014 adalah puncak dari musim pemilu sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun