Tak terasa lama ketika kita melaksanakan atas dasar cinta atau lebih spesifik suka, hanya beberapa malam menikmati waktu bersama teman-teman yang baru saya kenal kurang satu tahun, tertawa selama perjalanan membuat saya mengerti bahwa simple sekali untuk bahagia, tanpa rasa sedih meninggalkan yang disini, demi sekedar bersua dengan yang disana, beberapa bagian kehidupan terekam memory untuk sekedar pengingat, dari sejuta memory ada setitik memory yang merupakan pengalaman untuk saya sendiri atau teman-teman lainnya, mari kita mulai bervakansi.
Gelap malam Ibukota mengawali vakansi kali ini, perjalanan dari rumah menuju titik kumpul menghabiskan waktu satu jam, disaat yang lain masih santai dirumah, saya sudah harus menuju titik koordinat, rasanya berat sekali memikul tas, padahal isinya Cuma baju, celana, camera, tripod, sendal, charger, dan power bank. Ternyata banyak juga jika dijabarkan, setelah sampai di titik koordinat, saya tak melihat sosok yang satu kelas dengan saya, artinya apa? Iya, saya terlalu cepat untuk sampai, maklum rumah saya lumayan jauh, karena yang biasa terlambat justru orang yang dekat titik pertemuan.
Setelah menunggu, akhirnya satu per satu mulai berdatangan, karena belum makan kita memanggil tukang bakso yang secara spontan lewat, ketika sedang menikmati tiba-tiba ada yang menepuk Pundak kanan saya, alih-alih berfikir akan dihipnotis, saya sudah tau kalo ini perbuatan teman saya, setelah menengok benar saja tanpa mengeluarkan satu kata pun, beliau hanya tersenyum.
Tertera di jadwal jam 8 merupakan waktu terakhir karena bis akan berangkat pada pukul itu, ketika memasuki bis, layaknya anak tk semua berebut tempat duduk, taukan siapa yang akan mengalah? Iya, betul Wanita, mereka diminta pindah ke minibus atau bisa dibilang mobil hayes, ekspetasi saya ketika perjalanan bisa tertidur, bangun ketika sampai, alih-alih tertidur justru saya terbawa suasa dan deep talk bersama teman, bagaimana bisa tidur juga jika teman lainnya memutar music dj remix yang membuat bis ogah diam, tidak perlu menyalahkan ini merupakan perjalanan yang harus dinikmati.
Ac bis yang bocor atau entah dari mana air jatuh dari dinding atas bis membangunkan saya yang tertidur lelap, tak tau kenapa bisa tidur padahal sebelumnya sedang ngobrol, tak lama bis berhenti di rest area, saat turun saya langsung tertawa melihat wajah teman, kedinginan dan ngantuk, pemberhentiaan ini menjadi titik terakhir sebelum sampai tujuan pertama “Eling Bening”, tahun lalu juga pernah kesini tetapi untuk perpisahan sekolah, setelah sampai saya langsung menyiapkan alat seperti camera dan lensa.
Dengan pemandangan dua gunung yang indah, membuat saya berekspetasi akan saya foto ketika matahari muncul ditengah gunung tersebut, tak lama… seperti patah ternyata matahari terbit di sebelah kiri tidak dapat view gunung, mencari angle foto sunrise seperti mencari nasi uduk di Yogyakarta, dengan arahan pebimbing kita naik ke rooftop untuk memotret sunrise, sekiranya cukup berfoto disana, saya duduk menikmati sunrise yang begitu indah sambil menahan kantuk karna hanya tidur 4 sampai 5 jam.
Satu hal yang saya tunggu adalah makan, karena sejak malam hanya makan bakso. Turun dan sarapan di lereng bukit dengan view hijau, menambah kenikmatan. Setelah duduk santai diiringi alunan musik dangdut yang kebetulan penyanyi-nya ikut, panasnya ambarawa tak menyusutkan semangat kawan-kawan untuk mendapatkan nilai, destinasi selanjutnya ialah “Museum Kereta Api Ambarawa”, desain kereta api jaman dahulu keliatan suatu benda yang sangat authentic, selain berfoto saya juga membaca beberapa benda yang memiliki cerita khusus.
Seperti baterai yang low, energi yang terkuras lumayan banyak padahal baru dua tempat saya kunjungi, tak hampir jam 12 kita sudah meninggalkan tempat tersebut, melipir sejenak untuk solat jum’at, tanpa sadar tiba-tiba kita sudah sampai di hotel, men-charge sedikit energi untuk menikmati sunset di Rawa Pening, tempat ini salah satu hal yang saya tunggu sejak di umumkannya kota tujuan vakansi.
Ketika menginjak tanah kering dekat Rawa Pening, langsung terlihat di hadapan, danau cantik dengan landscape yang indah, membuat saya tak akan menyiakan moment tersebut, menyapa nelayan untuk sekedar minta izin memotret, sambil dalam hati takut ditolak, untungnya nelayan disana baik-baik, hampir magrib saya berfikir untuk menikmati kumandang azan magrib di tengah danau, ketika waktunya saya mendapat pengalaman baru mendengarkan kumandang azan di tengah danau, perasaan saya amaze. Karena di temani suara kicau burung yang terbang untuk pulang.
Meninggalkan danau hampir pukul 7 malam, semua yang biasanya bersuara atau bernyanyi, hanya diam seperti ada hal yang membuatnya takut, tak jauh dari hotel ketika perjalanan pulang, saya melihat public space yang ramai orang, mungkin karena kulinernya atau sekedar menikmati malam minggu bersama pasangan, nama public tersebut adalah Alun-alun Bandungan. Setelah makan malam saya mengajak teman-teman untuk nongkrong di angkringan dekat alun-alun.