Beberapa hari yang lalu, saat hari libur sekolah, anak-anak kecil datang dan bermain di komunitas kami, Sokola Sogan. Mereka langsung mengambil semua mainan dan media pembelajaran yang ada. Ada yang mengambil sempoa, alat musik, ada yang asyik memainkan mainan pasang-pasangan, ada yang bermain bola, ada yang sibuk membuka buku cerita. Suasana di ruang berukuran 6x6 ini terasa sangat ramai, dipenuhi oleh anak-anak.Â
Saya awalnya hanya mengamati mereka bermain sambil menanyakan satu persatu apa yang sedang mereka lakukan. Salah satu diantara mereka, yang sedang bermain pasang-pasangan mengatakan pada Saya akan membuat sebuah menara. Mereka menyusun mainan tersebut di sudut ruangan sehingga tertempel di tembok.Â
Salah seorang yang lain, Bopal, mengambil kursi, menaikinya, kemudian menyambungkannya. Tinggi menara yang mereka buat hanya kurang sekitar 5 cm untuk menyentuh atap ruangan yang tingginya 2,5 meter itu. Bopal terlihat gembira dan memamerkannya kepada anak-anak yang lain yang berada di ruangan. Semua anak takjub, ada yang kemudian mendekat. Ada juga yang tidak mau kalah, kemudian mulai membuat hal-hal yang serupa.Â
Salah seorang anak diantara mereka yang terlihat paling heboh adalah Nata. Anak laki-laki berumur 2,5 tahun.Â
Dia bilang kepada Saya, "Om Andika, Om Andika, itu ditambahi lagi, biar tambah dhuwur (tinggi)."
"Nang, lha itu sudah paling tinggi, ndak bisa ditambah lagi." Jawab Saya.
"Udah ndak bisa?" Dia masih bertanya.
"Kalau ditambah lagi nanti harus nglewati genteng." Jawab Saya lagi.
"Iya ndapapa", Dia menanggapi sambil tertawa.Â
Saya juga ikut tertawa melihat dia tertawa, sambil mengusap-usap rambut di kepalanya.