Indonesia hari ini, Kamis (30/3) tepatnya di Hotel Sultan, Jakarta Selatan berketempatan pertemuan antara Panglima angkatan bersenjata se Asia Tenggara, Asean Chiefs Defence Force Informal Metting (ACDFIM) yang ke-8. Acara semacam ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dan bertepatan tahun 2011 ini Indonesia sebagai tuan rumahnya.
Acara rutin semacam ini, diawali pada tahun 2001 terselenggara di Indonesia dan merupakan cikal bakal pertemuan tersebut. Pada 2003 ACDFIM diselenggarakan di Brunai Darussalam dan kemudian tahun tahun berikutnya diselenggarakan secara bergantian di negara anggota ASEAN.
Sedangkan ACDIM yang ke 7, terselenggara pada tahun 2010 di negara Vietnam. Dari pertemuan ini telah menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya, tentang keamanan maritim, masalah terorisme, wabah penyakit, keamanan pangan dan energi serta perubahan iklim. Dan kesemua ancaman ini telah disepakati secara bersama atau masing masing negara peserta untuk mereponnya.
Forum semacam ini, pastinya digunakan sebagai ajang tukar menukar pemikiran, pengalaman, keahlian dan juga sebagai sarana menyampaikan pendapat dalam menghadapi tantangan serta ancaman bersama negara kawasan Asia Tenggara.
Dengan diselenggarakannya  ACDIM yang ke 8 di Jakarta, penulis berpandangan, dunia akan memandang terhadap negara kawasan ASEAN secara serius hal ini disebabkan berada di bawah piagam ASEAN. Sebuah organisasi yang berpiagam, masyarakat internasional terutama barat akan memandang sebagai sebuah kontrak, hidup dalam piagam berarti banyak permasalahan dan tuntutan yang harus dipenuhi.
Forum bidang pertahanan kawasan ASEAN hendaknya harus tidak saja bidang pertahanan dan keamanan saja tetapi secara menyeluruh dan membuahkan hasil yang efektif, dan semakin berkembang sampai berbagai bidang. Kemitraan bidang pertahanan dan keamanan ASEAN hendaknya tidak saja menguntungkan perkembangan bersama, tapi juga mendorong diciptakannya lingkungan damai, stabil dan makmur di kawasan khususnya dan dunia pada umumnya.
Mengingat teknologi dan persenjataan yang dimiliki militer Indonesia dalam hal ini TNI boleh dikatakan ketertinggalan, diharapkan ajang pertemuan semacam ini TNI dapat menemukan solusi menutupi kekurangannya tersebut. Terlebih lagi Indonesia sebagai negara maritim, TNI harus meningkatkan bidang pertukaran informasi dan pertukaran inteljen guna menjaga wilayahnya.
Mudah-mudahan dalam kumpulnya para Panglima se ASEAN ini, tidak muncul gagasan membentuk Fakta Militer ataupun aliansi militer. Hal ini akan melahirkan sebuah perang dingin yang baru. Kawasan ASEAN rawan bencana, munculkan ide ide yang cemerlang seperti, membentuk suatu pasukan penjaga perdamaian kawasan ASEANÂ semacam Asean Peace Keeper Operation (PKO) yang siap dikerahkan ke Negara yang membutuhkan sesuai permintaan atau suatu satuan tanggap bencana, Demi kemanusiaan.
Brav . . . . . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H