Mohon tunggu...
Andika Syahputra
Andika Syahputra Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Konseling

Menyukai topik-topik tulisan yang membahas tentang konseling, psikologi dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Vs Kekuasaan

5 Desember 2024   06:37 Diperbarui: 5 Desember 2024   06:38 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengibaran Bendera (Sumber: Dok. SMAN TT) 

Pada setiap 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, sebuah momen untuk menghormati jasa para pendidik yang telah berjuang memberikan ilmu dan wawasan kepada generasi bangsa. 

Peringatan ini juga mengingatkan kita tentang betapa pentingnya peran pendidikan dalam membentuk karakter dan pola pikir masyarakat. Namun, selain menjadi alat untuk menambah pengetahuan, pendidikan memiliki kekuatan yang jauh lebih besar sebagai alat perlawanan terhadap kekuasaan yang menindas. 

Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan, ketika dimanfaatkan dengan baik, mampu menggoyahkan fondasi kekuasaan yang sewenang-wenang. Di balik setiap lembar buku yang dibaca dan setiap pelajaran yang diajarkan, ada potensi untuk meruntuhkan ketidakadilan dan menciptakan perubahan sosial yang lebih baik.

Kisah Malala Yousafzai adalah contoh nyata bagaimana pendidikan mampu mengguncang sistem yang represif. Ketika Taliban melarang anak perempuan bersekolah, mereka sebenarnya sedang berusaha menjaga kekuasaan mereka dengan menutup akses terhadap ilmu. 

Taliban paham, seorang perempuan terdidik akan mempertanyakan otoritas mereka. 

Malala, meski hanya seorang remaja, berani melawan dengan pena dan suara. Upayanya tidak hanya memberi harapan bagi anak-anak perempuan di Pakistan, tetapi juga menjadi inspirasi global bahwa pendidikan adalah hak mendasar yang tidak boleh dirampas oleh siapa pun. 

Serangan yang ia alami membuktikan bahwa ide sederhana tentang pendidikan bisa sangat berbahaya bagi mereka yang ingin mempertahankan status quo.

Di Afrika Selatan, kekuatan pendidikan sebagai alat perlawanan juga tidak bisa diabaikan. Sistem apartheid menggunakan pendidikan sebagai alat untuk memisahkan dan merendahkan warga kulit hitam. 

Anak-anak kulit hitam diberi pendidikan yang sengaja dirancang untuk membuat mereka tetap berada di posisi rendah dalam struktur sosial. Namun, Nelson Mandela melihat peluang di tengah keterbatasan ini. Ia memahami bahwa dengan mencerdaskan masyarakat, mereka bisa memahami ketidakadilan sistemik dan bangkit melawan. 

Pendidikan menjadi lentera di tengah kegelapan apartheid, membimbing rakyat Afrika Selatan menuju kebebasan. Dari sinilah lahir gagasan bahwa "pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia."

Indonesia juga memiliki sejarah panjang bagaimana pendidikan digunakan sebagai alat perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Pada masa penjajahan Belanda, kaum pribumi dijauhkan dari akses pendidikan tinggi untuk menjaga dominasi kolonial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun